digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Perekaman merupakan aspek krusial yang sangat memengaruhi perkembangan musik tradisional. Perekaman yang menghadirkan suatu pengalaman bunyi baru melalui penciptaan ulang pengalaman mendengar, perlu mencapai suatu kualitas perekaman tertentu agar informasi temporal musik yang dimainkan oleh pemain dan disimak oleh pendengar tidak ada yang hilang sehingga mampu menyajikan situasi emosi seseorang terhadap suatu musik dalam konteks dan makna tertentu. Celempung Sunda pada satu dekade terakhir ini mengalami kebangkitan kembali bersamaan dengan munculnya beragam festival musik, pertunjukan kesenian, pelbagai kolaborasi musik antara celempung dengan alat musik tradisional, alat musik Barat yang memunculkan kemungkinan-kemungkinan baru dalam kreativitas musik, termasuk pada bidang perekaman. Hal ini memunculkan beberapa pertanyaan: apa parameter akustik celempung, apa dan bagaimana teknik perekaman stereo yang digunakan, dan bagaimana merekonstruksi medan bunyi celempung serta mengevaluasinya. Tujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi parameter akustik, pengembangan teknik perekaman stereo serta mengevaluasi hasil rekonstruksi medan bunyi pada alat musik Sunda celempung. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatan yang menggunakan berbagai metode dan teknik yang relevan dengan parameter akustik alat musik, perekaman, dan rekonstruksi diterapkan. Konfigurasi mikrofon berbentuk setengah lingkaran digunakan untuk pengukuran spektral, selubung bunyi, dan arah sebaran celempung. Penyampuran sinyal kering perekaman celempung dan sinyal waktu dengung dilakukan untuk menganalisis preferensi waktu dengung dan tingkat penyampuran responden. Perekaman ensambel celempung menggunakan sejumlah teknik perekaman dilakukan pada gedung pertunjukan Sunan Ambu, disertai perekaman respon impuls untuk menganalisis parameter akustik objektif yang signifikan pada setiap teknik perekaman. Evaluasi terhadap sampel audio celempung hasil rekonstruksi dilakukan untuk menginvestigasi preferensi sampel rekaman responden dan menganalisis parameter akustik objektifnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa celempung merupakan alat musik dengan karakteristik spektral gabungan antara harmonik dan inharmonik yang memiliki waktu serang dan waktu luruh yang cepat. Karakteristik waktu dengung dan tingkat penyampuran yang cenderung rendah lebih disukai oleh responden ahli dan nonahli. Teknik perekaman yang tidak memiliki perbedaan fasa, bukaan sudut yang lebih kecil dari 130º yang memberikan karakteristik spasial yang tidak signifikan, serta rasio bass yang lebih besar menjadi preferensi responden. Ditemukan korelasi antara rasio treble dan rasio bass yang menunjukkan bahwa aspek warna bunyi merupakan aspek yang signifikan dalam menentukan kualitas perekaman celempung. Melalui evaluasi hasil rekonstruksi audio celempung ditunjukkan bahwa preferensi waktu dengung (T30) berada di bawah 1 detik. Berdasarkan temuan nilai parameter akustik klaritas (C80), diindikasikan bahwa celempung memerlukan kejelasan bunyi yang tinggi agar pemain dapat membedakan setiap bunyi dawai dengan baik. Temuan pada studi mengindikasikan bahwa celempung memiliki kecenderungan untuk dimainkan pada ruangan dengan karakteristik waktu dengung ‘kering’. Teknik perekaman yang memberikan impresi spasial dan stereo yang minimal lebih disukai oleh responden. Selain itu, kualitas warna bunyi (bass ratio), dan spasial merupakan aspek penting dalam menentukan kualitas perekaman ensambel celempung.