digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

masih relatif rendah. Pemanfaatan ponsel untuk layanan keuangan di Indonesia jauh di bawah negara tetangga seperti Malaysia dan Kamboja. Penggunaan mobile banking di sejumlah bank juga belum sesuai harapan. Untuk merumuskan upaya peningkatan penggunaan mobile banking yang tepat sasaran, dibutuhkan pemahaman mengenai perilaku adopsi nasabah. Adopsi mobile banking perlu dipandang sebagai sebuah sistem yang mengandung elemen-elemen yang saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi dalam sistem dapat memunculkan karakteristik ataupun hubungan baru, karenanya perlu diperhatikan dalam mempelajari adopsi mobile banking. Berdasarkan kajian literatur, terdapat 4 elemen yang terlibat dalam sistem adopsi teknologi: individu, teknologi, aktivitas, dan lingkungan. Oleh karena adopsi merupakan keputusan untuk menggunakan sepenuhnya suatu teknologi, individu sebagai pengambil keputusan perlu ditempatkan sebagai elemen utama. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model perilaku adopsi mobile banking, khususnya intensi menggunakan secara kontinu. Kajian didasarkan pada kerangka kerja perspektif interaksi individu, yang mempelajari 3 kelompok interaksi yaitu interaksi individu-teknologi, individu-aktivitas, dan individulingkungan. Dalam kajian interaksi individu-teknologi, penelitian ini juga mengkaji peran usabilitas dalam menentukan kepuasan pengguna mobile banking. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi teoretis dengan menyediakan studi empiris mengenai perilaku adopsi mobile banking di Indonesia berdasarkan perspektif baru yaitu perspektif interaksi individu. Penelitian ini juga berkontribusi dengan mengkaji usabilitas yang belum pernah dikaji dalam penelitian adopsi mobile banking sebelumnya. Secara praktis, penelitian ini berkontribusi dengan merekomendasikan upaya peningkatan kepuasan dan intensi penggunaan kontinu mobile banking. Peran usabilitas dalam menentukan kepuasan dikaji dalam Model 1, yang dikembangkan berdasarkan literatur usabilitas teknologi umum dan aplikasi bergerak. Model terdiri atas 10 hipotesis yang mengkaji hubungan 6 konstruk (persepsi kebergunaan, kemudahan menggunakan, kemudahan mempelajari, Pengujian model dilakukan dengan pendekatan Structural Equation Modeling (SEM). Oleh karena mengandung konstruk yang diukur secara formatif, Model 1 diuji dengan Partial Least Squares – Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Model 2 diuji dengan PLS-SEM yang kemudian dikonfirmasi dengan Covariance- Based Structural Equation Modeling (CB-SEM). Pengumpulan data untuk kedua model dilakukan melalui survei secara simultan. Sampel yang digunakan untuk pengujian kedua model masing-masing berjumlah 396 dan 440 data. Pengujian Model 1 menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan 78,8% variansi kepuasan. Terdapat 6 dari 10 hipotesis yang diterima pada tingkat signifikansi 5%. Kepuasan pengguna ditentukan langsung oleh persepsi kemudahan menggunakan, kemudahan mempelajari, dan kebergunaan. Berdasarkan pengaruh total, aspek usabilitas yang paling menentukan kepuasan adalah persepsi kemudahan mempelajari dan menggunakan mobile banking. Pengujian Model 2 menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan 83,1% variansi intensi nasabah menggunakan mobile banking secara kontinu. Terdapat 13 dari 18 hipotesis yang diterima pada tingkat signifikansi 5%. Intensi kontinu menggunakan mobile banking ditentukan secara langsung oleh kepuasan, kompatibilitas, dan persepsi kebergunaan. Berdasarkan pengaruh total, penentu utama intensi kontinu menggunakan mobile banking adalah persepsi kemudahan mempelajari dan menggunakan aplikasi, serta kepuasan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kajian interaksi individu dengan teknologi, aktivitas, dan lingkungan berperan penting dalam menjelaskan intensi penggunaan kontinu mobile banking. Penelitian ini menemukan bahwa usabilitas memegang peranan sangat besar dalam menentukan kepuasan dan intensi penggunaan kontinu. Sejumlah besar nasabah mengakses layanan mobile banking pada lebih dari satu bank, sehingga aplikasi yang memiliki usabilitas yang semakin tinggi akan memiliki peluang yang semakin besar untuk digunakan secara kontinu. Berbeda dari penelitian adopsi teknologi umumnya, penelitian ini menemukan bahwa persepsi kemudahan mempelajari perlu dikaji secara terpisah dari persepsi kemudahan menggunakan. Keduanya ditemukan berperan sangat penting dan lebih besar dibandingkan dengan persepsi kebergunaan. Kajian interaksi individuaktivitas menemukan bahwa kepercayaan tidak lagi menjadi isu ketika nasabah menentukan niatnya menggunakan mobile banking secara kontinu, melainkan berdampak pada persepsi atas kebergunaan dari aplikasi tersebut. Kajian interaksi individu-lingkungan menemukan bahwa visibilitas penggunaan mobile banking di lingkungan sosial nasabah memiliki pengaruh total yang cukup besar terhadap intensi penggunaan kontinu. Penelitian ini merekomendasikan sejumlah upaya peningkatan kepuasan dan intensi kontinu menggunakan mobile banking. Rekomendasi tersebut di antaranya berupa masukan mengenai arah pengembangan desain aplikasi mobile banking, penyampaian informasi yang sesuai dengan kebutuhan, dan strategi penempatan pada setiap komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh bank. Penelitian lebih lanjut dapat diarahkan antara lain pada kajian determinan persepsi kemudahan mempelajari aplikasi mobile banking, dampak lain dari kepercayaan nasabah, pendalaman kajian kelompok interaksi individu-aktivitas dan individu-lingkungan, dan pengukuran usabilitas pada aplikasi mobile banking.