masih relatif rendah. Pemanfaatan ponsel untuk layanan keuangan di Indonesia jauh
di bawah negara tetangga seperti Malaysia dan Kamboja. Penggunaan mobile
banking di sejumlah bank juga belum sesuai harapan. Untuk merumuskan upaya
peningkatan penggunaan mobile banking yang tepat sasaran, dibutuhkan
pemahaman mengenai perilaku adopsi nasabah.
Adopsi mobile banking perlu dipandang sebagai sebuah sistem yang mengandung
elemen-elemen yang saling berinteraksi. Interaksi yang terjadi dalam sistem dapat
memunculkan karakteristik ataupun hubungan baru, karenanya perlu diperhatikan
dalam mempelajari adopsi mobile banking. Berdasarkan kajian literatur, terdapat 4
elemen yang terlibat dalam sistem adopsi teknologi: individu, teknologi, aktivitas,
dan lingkungan. Oleh karena adopsi merupakan keputusan untuk menggunakan
sepenuhnya suatu teknologi, individu sebagai pengambil keputusan perlu
ditempatkan sebagai elemen utama.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model perilaku adopsi mobile
banking, khususnya intensi menggunakan secara kontinu. Kajian didasarkan pada
kerangka kerja perspektif interaksi individu, yang mempelajari 3 kelompok
interaksi yaitu interaksi individu-teknologi, individu-aktivitas, dan individulingkungan.
Dalam kajian interaksi individu-teknologi, penelitian ini juga mengkaji
peran usabilitas dalam menentukan kepuasan pengguna mobile banking. Penelitian
ini diharapkan memberikan kontribusi teoretis dengan menyediakan studi empiris
mengenai perilaku adopsi mobile banking di Indonesia berdasarkan perspektif baru
yaitu perspektif interaksi individu. Penelitian ini juga berkontribusi dengan
mengkaji usabilitas yang belum pernah dikaji dalam penelitian adopsi mobile
banking sebelumnya. Secara praktis, penelitian ini berkontribusi dengan
merekomendasikan upaya peningkatan kepuasan dan intensi penggunaan kontinu
mobile banking.
Peran usabilitas dalam menentukan kepuasan dikaji dalam Model 1, yang
dikembangkan berdasarkan literatur usabilitas teknologi umum dan aplikasi
bergerak. Model terdiri atas 10 hipotesis yang mengkaji hubungan 6 konstruk
(persepsi kebergunaan, kemudahan menggunakan, kemudahan mempelajari,
Pengujian model dilakukan dengan pendekatan Structural Equation Modeling
(SEM). Oleh karena mengandung konstruk yang diukur secara formatif, Model 1
diuji dengan Partial Least Squares – Structural Equation Modeling (PLS-SEM).
Model 2 diuji dengan PLS-SEM yang kemudian dikonfirmasi dengan Covariance-
Based Structural Equation Modeling (CB-SEM). Pengumpulan data untuk kedua
model dilakukan melalui survei secara simultan. Sampel yang digunakan untuk
pengujian kedua model masing-masing berjumlah 396 dan 440 data.
Pengujian Model 1 menunjukkan bahwa model dapat menjelaskan 78,8% variansi
kepuasan. Terdapat 6 dari 10 hipotesis yang diterima pada tingkat signifikansi 5%.
Kepuasan pengguna ditentukan langsung oleh persepsi kemudahan menggunakan,
kemudahan mempelajari, dan kebergunaan. Berdasarkan pengaruh total, aspek
usabilitas yang paling menentukan kepuasan adalah persepsi kemudahan
mempelajari dan menggunakan mobile banking. Pengujian Model 2 menunjukkan
bahwa model dapat menjelaskan 83,1% variansi intensi nasabah menggunakan
mobile banking secara kontinu. Terdapat 13 dari 18 hipotesis yang diterima pada
tingkat signifikansi 5%. Intensi kontinu menggunakan mobile banking ditentukan
secara langsung oleh kepuasan, kompatibilitas, dan persepsi kebergunaan.
Berdasarkan pengaruh total, penentu utama intensi kontinu menggunakan mobile
banking adalah persepsi kemudahan mempelajari dan menggunakan aplikasi, serta
kepuasan.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kajian interaksi individu dengan
teknologi, aktivitas, dan lingkungan berperan penting dalam menjelaskan intensi
penggunaan kontinu mobile banking. Penelitian ini menemukan bahwa usabilitas
memegang peranan sangat besar dalam menentukan kepuasan dan intensi
penggunaan kontinu. Sejumlah besar nasabah mengakses layanan mobile banking
pada lebih dari satu bank, sehingga aplikasi yang memiliki usabilitas yang semakin
tinggi akan memiliki peluang yang semakin besar untuk digunakan secara kontinu.
Berbeda dari penelitian adopsi teknologi umumnya, penelitian ini menemukan
bahwa persepsi kemudahan mempelajari perlu dikaji secara terpisah dari persepsi
kemudahan menggunakan. Keduanya ditemukan berperan sangat penting dan lebih
besar dibandingkan dengan persepsi kebergunaan. Kajian interaksi individuaktivitas
menemukan bahwa kepercayaan tidak lagi menjadi isu ketika nasabah
menentukan niatnya menggunakan mobile banking secara kontinu, melainkan
berdampak pada persepsi atas kebergunaan dari aplikasi tersebut. Kajian interaksi
individu-lingkungan menemukan bahwa visibilitas penggunaan mobile banking di
lingkungan sosial nasabah memiliki pengaruh total yang cukup besar terhadap
intensi penggunaan kontinu.
Penelitian ini merekomendasikan sejumlah upaya peningkatan kepuasan dan
intensi kontinu menggunakan mobile banking. Rekomendasi tersebut di antaranya
berupa masukan mengenai arah pengembangan desain aplikasi mobile banking,
penyampaian informasi yang sesuai dengan kebutuhan, dan strategi penempatan
pada setiap komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh bank. Penelitian lebih
lanjut dapat diarahkan antara lain pada kajian determinan persepsi kemudahan
mempelajari aplikasi mobile banking, dampak lain dari kepercayaan nasabah,
pendalaman kajian kelompok interaksi individu-aktivitas dan individu-lingkungan,
dan pengukuran usabilitas pada aplikasi mobile banking.