digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kedelai hitam merupakan tanaman kacang-kacangan yang kurang diminati masyarakat karena sedikitnya produk yang diolah. Pembuatan kecambah kedelai hitam dari kacang kedelai hitam akan mampu menjadi solusi keberagaman pangan bagi masyarakat di Indonesia. Kualitas kecambah kedelai hitam dapat terpengaruh oleh adanya cahaya. Cahaya biru yang merupakan salah satu spektrum cahaya yang tampak memiliki peranan dalam memengaruhi kualitas kecambah. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu penyinaran cahaya biru selama kontrol (tanpa cahaya), 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam, dan 24 jam terhadap morfologi, biomassa, kadar klorofil, dan kadar isoflavon (deidzein, glycitein, dan genistein) kecambah kedelai hitam (Glycine max L. Merr.) Varietas Detam-1. Penelitian ini dilaksanakan pada 6 Maret-20 April 2018 di Labtek 1A pada ruang gelap di laboratorium rekayasa sitem produksi biomassa. Proses penelitian dimulai dari membuat Germination Chamber yang berfungsi untuk mengecambahkan benih pada ruang yang terisolasi dari lingkungan sekitar. Pengecambahan dimulai dari seleksi benih, kemudian benih direndam selama 6 jam pada larutan fungisida. Benih dibilas dengan air, selanjutnya di kecambahkan pada Germination Chamber selama 4 hari. Selama 4 hari benih disiram menggunaikan air yang disemprot menggunakan spray setiap 4 jam. Pengamatan dilakukan pada hari ke-2 dan hari ke-4 untuk morfologi dan biomassa, sementara pengukuran daya berkecambah, kadar klorofil dan isoflavon hanya dilakukan pada hari ke-4. Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengambil data panjang hipokotil dan akar, sementara biomassa mengukur berat basah, berat kering, dan kadar air. Data pengamatan biomassa dan morfologi diuji dengan statistic One Way ANOVA dengan α = 0,05 atau tingkat kesalahan 5% yang selanjutnya dilakukan uji lanjutan Duncan atau DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk melihat signifikansi dari setiap perlakuan, sementara data kadar klorofil dan isoflavon diuji secara deskriptif. Hasil pengamatan menunjukkan perlakuan kontrol, 4 jam, 8 jam, 12 jam, 16 jam, 20 jam, dan 24 jam tidak berpengaruh signifikan pada panjang hipokotil hari ke-2, panjang hipokotil hari ke-4, panjang akar hari ke-2, berat basah hari ke-2, berat kering hari ke-2, berat kering hari ke-4, kadar air hari ke-2, dan daya berkecambah. Sementara perbedaan yang signifikan terjadi pada panjang akar hari ke-2, kadar air hari ke-4, dan berat basah hari ke-4. Perlakuan penyinaran 8 jam dan 12 jam berpengaruh signifikan dalam menghambat panjang akar hari ke-4. Pada perlakuan 8 jam, 12 jam, dan 16 jam berpengaruh signifikan dalam mengurangi kadar air dan bobot basah kecambah pada hari ke-4. Hasil kadar klorofil dan isoflavon (daidzein, glycitein, dan genistein) menunjukkan nilai yang fluktuatif, dimana nilai klorofil tertinggi pada perlakuan 8 jam yaitu 0,124 mg/L, sementara kadar isoflavon tertinggi yaitu pada perlakuan 24 jam yaitu sebesar 0,600 ppm dan 0,619 ppm untuk kandungan daidzein dan genistein, serta perlakuan 16 jam yaitu 0,594 ppm untuk kandungan glycitein.