digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1989 SUTARTO MULYOWIHARJO RAB
PUBLIC Alice Diniarti

Pulverised Fuel Ash (PFA) adalah suatu hasil sampingan dari pembakaran batubara pada stasiun tenaga listrik. Di Suralaya Jawa Barat, PFA berasal dari residu dua tipe batubara yang disediakan untuk ketel uap, satu dari Bukitasam di Sumatra Selatan dan satu dari Blair Atholl di Hunter Valley, New South Wales di Australia. Karakteristik teknik dari kedua PFA dijumpai mempunyai perbedaan yang berarti, juga hasil-hasil yang diperoleh dari campuran PFA dengan kapur, atau tanah, atau kombinasi dengan kapur dan tanah. Kekuatan yang lebih tinggi dan aktivitas pozzolanik yang lebih besar terlihat pada PFA dari Australia, dan aktivitas pozzolanik yang sangat kecil terlihat pada PFA dari Bukitasam. PFA tidak menunjukan adanya kekuatan lekatan pada rendaman, sesuai dengan pada tanah lanau, PFA juga mempunyai fraksi gradasi yang sama. Penggunaan PFA sebagai bahan timbunan tanpa stabilisasi dengan kapur, menimbulkan kesulitan dalam masalah konstruksi yaitu perpadatan atau perlindungan terhadap pengaruh hujan. Penggunaan kapur dengan jumlah yang ekonomis akan menghasilkan konstruksi dan pekerjaan timbunan yang baik.