digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

FIFI-Upload Abstrak.pdf
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Museum merupakan sumber sejarah, sumber ilmu pengetahuan dan sumber budaya yang bertugas merawat, menjaga dan melindungi benda-benda bersejarah serta mengkomunikasikannya kepada masyarakat luas, dengan ruang pamer sebagai ruang inti yang berfungsi sebagai media komunikasi antara artefak dan pengunjung melalui wisata edutainment. Ruang pamer yang baik adalah ruang pamer yang dapat menampilkan konten secara komunikatif, informatif, atraktif, interaktif, edukatif dan rekreatif kepada pengunjung. Namun, banyak museum di Indonesia yang belum mencapai tujuan tersebut. Salah satu faktornya adalah kondisi museum yang tidak didukung dengan konsep pamer yang baik. Salah satu museum besar yang memiliki masalah tersebut adalah Museum Bahari Jakarta. Museum Bahari merupakan museum yang menyimpan koleksi kebaharian Indonesia. Museum Bahari masih menggunakan konsep pameran tradisional (object oriented museum) dan kurang memperhatikan tata pamer dalam penyampaian objek. Pada penyusunan interior ruang pamer yang komunikatif, informatif, atraktif, interaktif, edukatif dan rekreatif, storytelling/narasi merupakan unsur yang memiliki peran penting. Narasi dapat mengartikan makna pada objek dan dapat menciptakan pemahaman relasi antara manusia dan artifak melalui suatu konsep cerita. Rumus utamanya adalah menambahkan unsur cerita/narasi dengan objek pamer yang kemudian akan menghasilkan visual pamer dan interaksi yang dapat menarik pengunjung untuk lebih memperhatikan dan memahami isi konten museum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang terintegrasi dengan design thinking. Pemahaman masalah yang terdapat pada tata pamer Museum Bahari dan pemahaman mengenai tata pamer museum serta sistem naratif dilakukan melalui tahapan empathize dan define dengan cara observasi, wawancara dan studi pustaka. Proses pengembangan desain ruang pamer Museum Bahari berdasarkan interior naratif edutainment dilakukan pada tahapan ideate dan prototype dengan mengembangkan perancangan revitalisasi desain (upaya perancangan pembaharuan untuk kualitas yang lebih baik) melalui penyusunan cerita dan konsep, metode desain interior naratif (mix method, bottom-up, top-down,fenomenologi, metafora, performance dan scenograpghy) dilengkapi dengan ii perencanaan media (2 dimensi, 3 dimensi, film dan suara, interaktif, instalasi dan modern teknologi) yang akan diterapkan pada ruang pamer Museum Bahari. Tahap terakhir adalah melakukan evaluasi/evaluate desain yang telah dirancang melalui analisa evaluasi kualitatif dan melalui kuesioner. Hasil dari penelitian adalah cara kerja penerapan naratif pada ruang pamer yang berkaitan dengan cerita, konsep dan media pada ruang pamer Museum Bahari yang ditampilkan melalui desain perancangan salah satu ruang pamer (studi kasus: ruang pamer Pertempuran Laut Aru). Diharapkan interior naratif edutainment dapat diterapkan pada tata pamer semua museum, agar museum dapat menghadirkan ruang pamer yang komunikatif, informatif, atraktif, interaktif, edukatif dan rekreatif, sehingga tujuan museum sebagai wisata edutainment dapat tercapai.