digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Tingginya tingkat perkembangan bisnis di industri konstruksi menuntut para kontraktor utama untuk meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai target keuntungan perusahaan. Data laporan tahunan 2013-2016 dari PT. Wijaya Karya (Persero), Tbk selaku pelaku dibisnis industri konstruksi, menunjukkan bahwa presentase kontrak pengadaaan barang dan jasa adalah rata-rata 71 % dari penjualan perusahaan yang diakui oleh pemilik pekerjaan. Data tersebut menunjukkan salah satu hal yang mempunyai peranan penting dalam mendukung hal tersebut adalah proses pengadaan, baik proses penyedia barang maupun penyedia jasa (subkontraktor). Pada proyek konstruksi khususnya jenis proyek EPC, pengadaan barang memiliki bobot besar pada proses pengadaan secara keseluruhan Untuk itu, kriteria penilaian dan pembobotan dalam pemilihan pemasok barang yang tepat sesuai dengan biaya, mutu dan waktu merupakan hal yang sangat penting. Pemasok barang yang kompetitif dalam segi waktu, biaya, hubungan kerja sama dan fleksibilitas menjadi faktor dalam kinerja proyek. Adapun saat ini di PT WIKA pembobotan pemilihan pemasok barang masih menggunakan kriteria yang sama dengan pemilihan pemasok jasa dan juga pembobtan dilakukan dalam kriteria yang sama dan tidak disesuai dengan kategori barang yang kaan digunakan Penelitian penelitian sebelumnya telah mengungkapkan kriteria apa yang berpengaruh dalam pemilihan pemasok tetapi nelum mengidentifikasi bobot kriteria berdasarkan dari klasifikasi atau kategori barang yang akan dibeli. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan model kriteria pemilihan pemasok dan pembobotannya berdasarkan klasifikasi atau kategori yang sudan dilakukan pada penelitan sebelumnya oleh Penelitian ini khususnya dilakukan pada Proyek PLTMG di PT Wijaya Karya ( PT WIKA ) Proyek akhir ini memberikan usulan kriteria , subkriteria serta indikator penilaian serta bobot pada setiap indikator tersebut yang sebelumnya telah ada pada model existing sistem penilaian untuk pemilihan pemasok barang dan jasa di PT. WIKA. Pengembangan model existing tersebut nantinya diperoleh dari beberapa model penelitian terdahulu tentang proses seleksi dan pemilihan pemasok barang , yang dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama mengembangkan model konseptual dengan menghasilkan dimensi dan elemen (subkriteria), lalu tahap kedua dengan mengembangkan bobot untuk masing masing kriteria, subkriteria dan indikator untuk masing masing kategori barang , yaitu (Strategis, Leverage, Bottleneck, dan Non- Critical. Dalam menentukan bobot tersebut dilakukan perhitungan menggunakan proses Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil dari proyek akhir ini didapat 8 (delapan) pengembangan Kriteria, 25 (dua puluh lima) pengembangan Subkriteria , dan 75 (tujuh puluh lima) pengembangan indikator, yang mempunyai bobot penilaian masing – masing kategori barang ( Strategis, Leverage, Bottleneck, dan Non-Critical. Bobot untuk setiap kriteria, subrkriteria dan indikator dalam penelitian ini berbeda beda tergantung pada kategori barang yang akan di beli. Bobot Kriteria untuk setiap kategori ialah sebagai berikut Kriteria Total Biaya Pengadaan berurutan Strategis, Leverage, Bottleneck dan Non-Crtical ( 23%,17%,23% dan 21 % ), Kriteria Tingkat Inovasi ( 6 %,8%,5 %, dan 7 % ), Kriteria Sustainability ( 7%, 7%, 6%, 7 % ) , Kriteria Performansi Pengiriman ( 11 %, 14 %, 16 % da, 15 % ) , Kriteria Performansi Pelayanan ( 11%, 12 %,12% dan 11 %) , Kriteria Kualitas Produk ( 27%,24%,20% dan 21% ) , Kriteria Hubungan Kerja Sama ( 7%, 8 %,an 9 % ) , Kriteria Tingkat Fleksibilitas ( 8%,10%,9% dan 9 % ). Diharapkan hasil dari penelitian akan membuat proyek PLTMG di PT WIKA dapat mencapai target biaya , mutu dan waktu.