Fragmentasi hutan merupakan penyebab utama terbentuknya patch. Gradien karakter
abiotik dan biotik dari bagian luar ke dalam fragmen hutan mengakibatkan patch
dapat dibedakan antara bagian interior dan tepi. Kajian mengenai hutan interior dan
tepi merupakan hal penting untuk mengetahui pengaruh fragmentasi terhadap
karakteristik hutan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kondisi hutan interior dan
tepi Gunung Papandayan berdasarkan karakter floristik, struktural dan kerapatan kayu
komunitas pohon; mengetahui apakah kerapatan kayu cabang dapat digunakan untuk
mengestimasi kerapatan kayu batang pohon di hutan Gunung Papandayan.
Analisis vegetasi dilakukan dengan membuat tiga plot yang berukuran 20 x 50 m2
masing-masing di hutan interior (IN) dan tepi (TP). Masing-masing plot dibagi dalam
10 sub plot berukuran 10 x 10 m2. Pada setiap sub plot, dilakukan penghitungan
jumlah pohon dan pengukuran diameter pada seluruh individu dengan diameter ≥ 10
cm. Untuk pengukuran kerapatan kayu, dilakukan pencuplikan pada bagian cabang
pohon dengan ukuran diameter 1 - 2 cm dan panjang 2 - 5 cm. Data kerapatan kayu
hasil pencuplikan dari cabang pohon dibandingkan dengan data kerapatan kayu
batang yang diperoleh dari basis data World Agroforestry Database (ICRAF) dan
referensi lain.
Hasil penelitian ini memperoleh 29 jenis dari 26 marga dan 20 suku. Nilai karakter
floristik, struktural dan kerapatan kayu di hutan interior lebih tinggi daripada hutan
tepi. Secara floristik, rata-rata kekayaan jenis di hutan interior (13 jenis) sedikit lebih
tinggi daripada hutan tepi yaitu 10 jenis. keanekaragaman jenis di hutan interior lebih
tinggi dibandingkan dengan hutan tepi yang ditunjukkan dengan nilai indeks
keanekaragaman Shannon-Wiener sebesar 2,2 ± 0,11, sedangkan hutan tepi 1,7 ±
0,39.
Kerapatan pohon di hutan interior 716,67/ha, sedangkan di hutan tepi 463,33/ha.
Hutan interior memiliki potensi regenerasi pohon lebih tinggi dibandingkan dengan
hutan tepi yang ditunjukkan dengan jumlah pohon berukuran kecil lebih melimpah di
hutan interior daripada hutan tepi. Rentang total area basal yaitu 17,78 - 52,23 m2/ha.
Total area basal di hutan interior yaitu 42,83 m2/ha dan 31,44 m2/ha di hutan tepi.
Karakter kerapatan kayu batang memperlihatkan bahwa terdapat 37,93% jenis mempunyai kerapatan kayu rendah, 51,72% dengan kerapatan kayu sedang dan
10,34% dengan kerapatan kayu tinggi. Rata-rata kerapatan kayu batang di hutan
interior (0,63 g/cm3) lebih tinggi daripada hutan tepi (0,55 g/cm3). Rata-rata total
biomasa seluruh tapak adalah 296, 87 Mg/ha. Hutan interior mempunyai potensi
penyimpanan karbon lebih tinggi daripada hutan tepi yang diindikasikan dengan
rata-rata biomassa di hutan interior (338,08 Mg/ha) lebih tinggi daripada di hutan tepi
(255,66 Mg/ha).
Berdasarkan keanekaragaman jenis pohon dan kerapatan kayunya, hutan kawasan
Gunung Papandayan mengalami tingkat gangguan sedang. Tingkat gangguan sedang,
mengikuti intermediate disturbance hypothesis, ditunjukkan dengan nilai indeks
keanekaragaman yang tinggi. Berdasarkan variasi kerapatan kayu, tingkat gangguan
sedang ditunjukkan dengan terdapatnya jenis yang memiliki kerapatan kayu batang
rendah hingga tinggi tumbuh di kawasan ini. Hubungan positif antara kerapatan kayu
cabang dan batang dengan koefisien determinasi 0,28 (p value < 0,001) dan koefisien
korelasi 0,55 mengindikasikan bahwa kerapatan kayu cabang dapat dipergunakan
untuk mengestimasi kerapatan kayu batang pohon di hutan Gunung Papandayan.