digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Desa Kesilir di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember merupakan desa dengan mayoritas masyarkatnya yang berprofesi sebagai petani. Akan tetapi adanya kegiatan pertambangan emas yang dilakukan oleh warga sekitar kemudian membawa dampak pada kehidupan masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan pertambangan dalam mempengaruhi kualitas hidup (aktivitas perekonomian, lingkungan, situasi sosial) masyarakat, mengetahui perbedaan persepsi masyarakat terhadap keberadaan tambang rakyat, dan mengetahui cara pemerintah dalam meyikapi perbedaan persepsi masyarakat. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi pustaka, wawancara mendalam kepada warga, petani, dan penambang. Observasi dilakuakn di Desa Kesilir dan area pertambangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buruh tani beralih menjadi penambang, buruh tani dan pemilik lahan membagi waktu kerjanya untuk kegiatan menambang, penggarapan sawah kesulitan mencari tenaga kerja, dan sawah mulai terbengkalai. Penghasilan masyarakat meningkat dan lebih stabil, bermunculan usaha kecil seperti warung, kios, persewaan rumah, namun ada warga yang kehabisan modal dan aset akibat berinvestasi menjadi juragan pertambangan. Tanaman pertanian tertutup debu jalanan akibat tingginya lalu lintas kendaraan bermotor yang melinas dari dan ke Gunung Manggar, ancaman banjir dan longsor ketika hujan tiba, pendangkalan sungai, serta kecelakaan kerja. Masyaraket lebih berani terhadap peraturan perundang-undangan, masyarakat lebih konsumtif, keikutsertaan warga dalam kegiatan sosial menjadi rendah, anak-anak terlibat dalam kegiatan pertambangan, munculnya perbedaan persepsi antar warga. Perbedaan persepsi warga Desa Kesilir terhadap keberadaan tambang rakyat mulai terjadi ketika kegiatan pertanian warga mulai terganggu akibat semakin tingginya intensitas kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat (irigasi tidak lancar karena pendangkalan sungai akibat pembuangan sisa galian tambang). Warga melakukan pertambangan karena memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dan lebih stabil dibanding bekerja di bidang pertanian. Perbedaan persepsi semakin samar ketika warga yang bertani memutuskan untuk ikut menambang, sambil menunggu irigasi sawah yang sedang kering akibat pengendapan sungai dan musim kemarau. Perbedaan persepsi tidak ada lagi ketika warga merasa diperlakukan tidak adil oleh Perhutani terkait penangkapan yang dilakukan hanya kepada warga Desa Kesilir, namun tidak untuk penambang yang berasal dari luar daerah. Pihak yang terlibat dalam penangangan tambang di Kesilir hanya berkutat pada tiga instansi saja, yakni Perhutani, Polsek, dan Kodim yang dilakukan secara represif dan persuasif. Kata Kunci: Pertambangan Rakyat, Persepsi masyarakat