digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

DeviFitria27116027.pdf
PUBLIC Noor Pujiati.,S.Sos

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang dituntut untuk memberikan sarana pelayanan dengan kualitas yang baik untuk pasien. Untuk menunjang kualitas rumah sakit yang baik tersebut, rumah sakit melakukan pengembangan bangunan dalam skala besar. Namun dalam masa pengembangannya muncul permasalahan pada sirkulasi yang menyebabkan disorientasi dalam memahami sirkulasi pada area bangunan rumah sakit. Hal tersebut disebabkan oleh wayfinding yang tidak berjalan dengan efektif. Permasalahan wayfinding muncul karena sebagian besar rumah sakit merupakan bangunan tumbuh yang berkembang dengan skala besar dan kompleks namun terkadang kurang memperhatikan masterplane. Akibatnya, aspek-aspek detail seperti wayfinding dalam sirkulasi kurang diperhatikan. Hal tersebut menyebabkan pasien kesulitan dalam melakukan perpindahan di rumah sakit. Salah satu rumah sakit di Bandung yang memiliki masalah sirkulasi wayfinding adalah rumah sakit St. Borromeus, Bandung. Masalah yang cukup kompleks di area tersebut adalah di area poliklinik pasien rawat jalan Gedung Yosef 2, lantai 2, karena area ini memiliki sistem administrasi yang beragam, namun tidak terorganisasi dengan baik, sehingga banyak pasien yang kurang memahami alur sirkulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan sirkulasi wayfinding di area poliklinik pasien rawat jalan Gedung Yosef 2, lantai 2, rumah sakit St. Borromeus dan diharapkan dapat menjadi rekomendasi untuk memperbaiki kualitas sirkulasi bangunan di area rumah sakit tersebut. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan wayfinding POE (Post Occupancy Evaluation) model architecture wayfinding. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara berjalan pada alur sirkulasi pasien rawat jalan, berdasarkan pembagian sistem administrasi di waktu ramai dan tidak ramai. Hasil dari penelitian ini berupa identifikasi permasalahan kriteria desain pada organisasi ruang, sistem penanda dan luasan bangunan yang menyebabkan wayfinding tidak berjalan efektif. Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk memperbaiki kriteria desain pada permasalahan wayfinding.