digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Keberadaan tambak udang di wilayah pesisir Kabupaten Bantul memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dan memberi manfaat terhadap masyarakat di kawasan tersebut secara khusus, dan secara umum bagi kemajuan sektor perikanan budidaya di Indonesia. Ditinjau dari sisi pengelolaan, kegiatan budidaya tambak udang yang ada di wilayah tersebut masih perlu dikaji agar sesuai dengan prinsip keberlanjutan. Kajian tersebut menjadi penting karena adanya berbagai permasalahan akibat pengelolaan yang belum sejalan dengan prinsip keberlanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji berbagai aspek pengelolaan tambak udang dalam dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial sehingga diketahui status keberlanjutan budidaya tambak udang eksisting di wilayah tersebut, sebagai dasar penyusunan strategi pengelolaan tambak udang yang berkelanjutan di wilayah pesisir Kabupaten Bantul. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan teknik penelitian yang mencakup empat tahap utama, meliputi: 1) identifikasi aspek dan penyusunan atribut keberlanjutan, 2) analisis status keberlanjutan, 3) penentuan atribut yang signifikan, dan 4) penyusunan strategi pengelolaan. Responden dalam penelitian ini ditentukan dengan cara accidental sampling hingga data dan informasi yang didapatkan telah jenuh. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi langsung di lapangan, uji laboratorium, wawancara, dan kuisioner. Data sekunder dikumpulkan melalui kajian pustaka dan pengumpulan data dari dinas terkait. Analisis data dilakukan dengan metode Rapid Appraisal for Fisheries (RAPFISH) dan pendekatan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Hasil penelitian menunjukkan bahwa status keberlanjutan tambak udang di wilayah pesisir Kabupaten Bantul termasuk dalam kategori kurang berkelanjutan berdasarkan kajian dari dimensi ekologi, ekonomi, dan sosial, dengan indeks keberlanjutan sebesar 45,72. Status keberlanjutan dari dimensi ekologi termasuk dalam kriteria kurang berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan sebesar 41,67. Atribut paling signifikan pada dimensi ekologi adalah atribut keberadaan dokumen AMDAL (RMS=7,76%). Status keberlanjutan dari dimensi ekonomi termasuk dalam kriteria cukup berkelanjutan dengan indeks keberlanjutan sebesar 55,77, dengan atribut paling signifikan adalah kontribusi terhadap PDRB (RMS=8,53%). Indeks keberlanjutan pada dimensi sosial adalah 38,71 sehingga termasuk dalam kriteria kurang berkelanjutan. Atribut paling signifikan pada dimensi sosial adalah keberadaan peraturan formal (RMS=4,59%). Penyusunan strategi pengelolaan tambak udang secara berkelanjutan di wilayah pesisir Kabupaten Bantul menghasilkan 20 strategi alternatif, dengan 5 strategi prioritas berturut-turut adalah: a) merancang dan menerapkan Better Management Practice serta biosecurity yang sesuai dengan kondisi di kawasan tersebut untuk menjamin adanya peningkatan kualitas lingkungan dan kualitas hasil produksi udang (TAS=0,490), b) menyelenggarakan pengelolaan berkelompok untuk perbaikan manajemen tambak udang yang berdampak pada peningkatan hasil produksi, pengelolaan limbah, peningkatan kualitas kolam pemeliharaan, kejelasan ijin usaha, pengadaan dokumen AMDAL, pengadaan green belt, perbaikan sistem penjualan, dan meminimalisasi kejadian konflik (TAS=0,378), c) membuat peraturan formal terkait perlindungan lingkungan dan perlindungan terhadap pembudidaya (TAS=0,373), d) melakukan penataan terhadap green belt, letak kolam tambak dan kolam pengelolaan limbah supaya tata lingkungan budidaya lebih berkelanjutan (TAS=0,323), dan e) mengintensifkan usaha tambak dalam rangka peningkatan produksi dan kontribusi terhadap PDRB, serta peningkatan penyerapan tenaga kerja (TAS=0,243). Implementasi strategi pengelolaan tersebut dibagi dalam implementasi jangka pendek (tahun ke-1 sampai ke-3), implementasi jangka menengah (tahun ke-4 sampai ke-5), serta implementasi jangka panjang (tahun ke-6 sampai 20). Melalui berbagai tahapan implementasi tersebut, diharapkan status budidaya tambak udang di wilayah pesisir Kabupaten Bantul menjadi berkelanjutan, bahkan menjadi sentra budidaya udang percontohan yang mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia secara umum.