digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

PT Dirgantara Indonesia merupakan industri pesawat pertama dan satu-satunya di Indonesia. Perusahaan ini bergerak dibidang pembuatan struktur pesawat, perakitan dan pembuatan kebutuhan militer dan sipil. Salah satu produk andalan perusahaan ini adalah pesawat CN 235 karena pesawat ini merupakan pesawat dengan jumlah permintaan terbanyak dibandingkan dengan jenis pesawat lainnya. Dalam menjalankan proses produksi, PT Dirgantara sering kali belum bisa melakukan pengiriman produk tepat pada waktunya. Keterlambatan pengiriman tersebut salah satunya dipengaruhi oleh keterlambatan penyelesaian proses pada bagian component assembly. Bagian ini merupakan bagian kritis dalam penyelesaian pembuatan pesawat karena memiliki proses terbanyak dan waktu penyelesaian terlama khusunya pembuatan fuselage. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan pada component assembly sama dengan waktu penyelesaian pekerjaan pada fuselage. Saat ini, perusahaan mampu menyelesaikan pembuatan fuselage dalam 433 jam, sementara agar dapat memenuhi permintaan, perusahaan harus mampu menyelesaikan pekerjaan pembuatan fuselage dalam 360 jam. Keterlambatan yang terjadi pada bagian ini salah satunya dipicu oleh ketidakadaaan pembagian elemen kerja pada setiap operator yang akhirnya juga akan mempengaruhi ketidakmerataan beban pada pekerja. Ketidakmerataan beban pada pekerja akan menyebabkan ketidaklancaran pada lintasan perakitan dan keterlambatan dalam pemenuhan permintaan. Model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model matematis yang dikembangkan dari model acuan oleh Bricker dan Juang (1997). Model ini akan menghasilkan alokasi elemen kerja pada setiap stasiun yang sekaligus kepada operator. Pengembangan pada model ini dilakukan pada fungsi tujuannya, dimana fungsi tujuan model acuan adalah minimasi jumlah stasiun dan fungsi tujuan yang diinginkan adalah minimasi waktu stasiun terlama. Pengembangan model tersebut akan menghasilkan solusi pada setiap jig pembuatan komponen fuselage yaitu fairing MLG LH, fairing MLG RH, rear fuselage, fuselage integration, nose structure, rear cone dan center fuselage. Solusi yang dihasilkan tersebut memberikan waktu usulan penyelesaian yang lebih kecil dari kondisi aktual 433 jam menjadi 104 jam dan penurunan nilai smoothness index dari 492.2 menjadi 21.116. Penurunan smoothness index akan menjadi indikator peningkatan kelancaran pada lintas perakitan usulan dibandingkan dengan lintas perakitan aktual. Hal tersebut dapat dilihat dari efisiensi lintasan yang bertambah dari 61.39% menjadi 93.84%. Solusi yang diperoleh dari pengembangan model matematis akan memberikan hasil yang lebih baik dibanding dengan sistem aktual saat ini.