digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Persentase tertinggi penyumbang komuter terhadap Jakarta berasal dari Bekasi, yaitu sebesar 14.8% dan kegiatan urbanisasi dari kawasan pinggir menuju pusat kota dan sebaliknya menyebabkan berbagai permasalahan. Kurangnya penelitian TOD pada kawasan pinggir kota dapat menjadi penyebab belum adanya rancangan kawasan berorientasi transit yang berhasil di Bekasi, padahal pembangunan kawasan berorientasi transit juga butuh diterapkan sampai ke pinggir kota, sehingga dibutuhkan penelitian pembangunan kawasan berorientasi transit di pinggir kota. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang kawasan berorientasi transit di Bekasi dengan sasaran (1) mengidentifikasi konsep perancangan kawasan berorientasi transit, (2), mengidentifikasi konsep perancangan hunian berimbang, (3) menjelaskan karakter, potensi, kekurangan, dan potensi kawasan yang akan direncanakan, (4) menjelaskan karakter komuter yang tinggal di pinggir kota, dan (5) merumuskan prinsip dan konsep perancangan kawasan berorientasi transit di Bekasi. Penelitian ini bersifat deduktif eksploratif dengan metode visioning. Dalam menganalisis data, data-data sekunder yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah untuk menciptakan visi dan misi perancangan yang diperoleh dari skenario pengembangan kawasan yang berisi driving forces dan strategi penahapan pengembangan kawasan. Setelah menentukan visi dan misi kawasan, dilakukan analisis SWOT menggunakan pendekatan dari tujuh elemen fisik perkotaan (Shirvani, 1985). Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa stasiun LRT Bekasi Barat termasuk ke dalam tipologi TOD pusat kota yang merupakan pusat pelayanan kota bagi kota Bekasi secara keseluruhan yang bersifat sebagai pemberhentian stopover), bukan TOD destinasi. Berdasarkan hasil analisis, jumlah kepadatan maksimum yang dapat diterapkan adalah 480 jiwa/ha dengan ridership per hari 278.352 jiwa dan target jumlah pekerja sebanyak 16.913 jiwa atau kepadatan 280 jiwa/ha. Berdasarkan kepadatan tersebut, intensitas terhadap total pembangunan adalah 38% hunian, 44% komersial, dan 18% fasilitas umum dengan kepadatan yang dihasilkan dalam kawasan sebesar 29.435 jiwa atau 486 jiwa/ha dengan komposisi hunian mewah, menengah, dan sederhana sebesar 18%:24%:57%, sehingga menghasilkan 7.359 unit hunian dengan kepadatan 12,2 unit/1000m2. Untuk mendukung kebutuhan kehidupan penghuni, kawasan yang direncanakan dilengkapi fasilitas berupa kelengkapan fisik yang terdiri dari 8% sarana lingkungan, 0,35% prasarana lingkungan, 11% perdagangan dan niaga, dan 42% ruang terbuka, taman, dan lapangan olahraga.