digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Karet remah yang merupakan salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia dibuat dari karet alam dan diolah oleh industri karet remah. Dalam proses produksinya industri karet remah SIR 20 menggunakan air dalam jumlah besar yang dapat mencapai 32 m3/ton produk, dimana semuanya akan menjadi air buangan. BOD, COD, TSS, amonia, nitrogen total, grit, dan rubber particle merupakan komponen pencemar utama pada air buangannya sehingga air buangan tersebut perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan / badan air penerima. Pengolahan dimaksudkan untuk mengurangi beban yang diterima oleh badan air penerima mengingat badan air memiliki kapasitas self purification yang terbatas. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi beban tersebut adalah dengan membangun instalasi pengolahan air buangan bagi industri karet remah SIR 20, yang dalam perencanaan ini khusus untuk diterapkan di Padang, Sumatera Barat. Berdasarkan karakteristik air buangannya maka instalasi pengolahan air buangan industri karet remah SIR 20 di Padang, Sumatera Barat direncanakan akan menggunakan pengolahan pendahuluan berupa bar screen dan grit chamber; pengolahan tingkat pertama yaitu TAR dan sedimentasi I; pengolahan tingkat kedua; serta pengolahan lumpur berupa gravity thickener, anaerobic digester, dan filter press. Pengolahan tingkat kedua yang diterapkan adalah pengolahan biologi. Unit pengolahan biologi yang direncanakan lebih ditekankan pada penerapan proses lumpur aktif. Ada tiga proses lumpur aktif yang diajukan sebagai alternatif yaitu completely mixed activated sludge, kontak stabilisasi, dan oxidation ditch. Penentuan unit pengolahan biologi terpilih berdasarkan pada pertimbangan teknis menggunakan metode Koefisien Penting Faktor (KPF). Sebagai pertimbangan tambahan dilakukan perbandingan ekonomi rekayasa pada harga satuan produk tiap alternatif dengan menggunakan metode Present Worth. Berdasarkan pertimbangan tersebut, unit pengolahan biologi yang direkomendasikan untuk diterapkan adalah kontak stabilisasi. Dengan demikian maka pengolahan tingkat kedua yang digunakan dalam perencanaan ini adalah kontak stabilisasi dan sedimentasi II.