digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Latar Belakang – Indonesia merupakan produsen kakao ketiga terbesar di dunia. Namun, dengan adannya pemberlakuan kebijakan ekspor yang baru, produksi kakao dalam negeri menjadi membeludak, diiringi dengan tingkat konsumsi cokelat dalam negeri yang rendah. Untuk meningkatkan konsumsi cokelat dalam negeri, pemerintah melakukan promosi. Kemasan merupakan strategi promosi yang dapat diandalkan dalam dunia ritel untuk menarik minat beli pembeli. Dengan menggunakan kombinasi elemen grafik, dapat membangun emosi pembeli dan mempromosikan daya tarik produk dan menarik minat beli. Bandung yang telah diakui sebagai Kota Kreatif, warga nya telah tinggal di lingkungan yang kreatif, yang lebih memiliki kesadaran terhadap desain dan rasa estetika. Metodologi – Elemen grafik pada penelitian ini adalah warna, tipografi, bentuk grafik, dan gambar yang akan di plot dalam diagram kartesius. 273 responden yang berdomisili Bandung didapat sebagai data primer. Untuk meningkatkan konsumsi cokelat dengan mencari variabel yang dinilai paling penting dan mencari variabel yang membuat pelanggan membeli, analisis tingkat kepentingan dan kinerja (minat beli) digunakan. Konklusi – Penelitian ini menemukan bahwa tipografi adalah variabel yang dinilai paling penting dan membuat warga Bandung memiliki minat beli. Kemudian warna menjadi variabel yang dianggap penting setelah tipografi, diikuti dengan bentuk grafik, dan terakir gambar. Namun, gambar ada di peringkat kedua setelah tipografi dalam membuat mereka ingin membeli. Yang artinya gambar menarik minat beli mereka secara tidak sadar. Rekomendasi – Sebaiknya praktisi memberikan perhatian lebih terhadap informasi pada kemasan yang dituangkan dalam tipogafi yang menarik dan mudah dibaca untuk menarik minat beli. Namun perlu diperhatikan juga kombinasi elemen grafik pada kemasan cokelat yang dapat menarik perhatian pembeli.