digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Blue carbon adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan karbon yang tersimpan di ekosistem pesisir dan laut. Upaya konservasi terhadap ekosistem penyimpan blue carbon, salah satunya ekosistem padang lamun, merupakan bentuk mitigasi terhadap perubahan iklim global. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi cadangan karbon yang tersimpan di ekosistem padang lamun (biomassa bagian atas/aboveground dan bawah/belowground, serta substrat) Pantai Jelenga, Sumbawa Barat, Indonesia. Estimasi cadangan karbon lamun dilakukan menggunakan hubungan antara kerapatan, berat kering, dan persentase karbon organik lamun per spesies. Kerapatan lamun diukur menggunakan plot kuadrat 0,5 m × 0,5 m pada 45 titik, sementara pencuplikan sampel per spesies dilakukan dengan metode hand collecting. Cadangan karbon substrat diestimasi menggunakan hubungan antara dry bulk density dan persentase karbon organik. Sampel substrat dibagi menjadi 5 kedalaman (0-15 cm, 15-30 cm, 30-50 cm, 50-70 cm, dan 70-100 cm) menggunakan soil corer termodifikasi sepanjang 1,5 m dengan diameter 2,5 cm. Analisis kandungan karbon organik lamun dan substrat dilakukan dengan menggunakan metode Walkley & Black. Luas padang lamun Pantai Jelenga yang terukur dari analisis citra Landsat 8 OLI adalah sebesar 107,1 ha, sementara spesies lamun yang ditemukan adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Halodule pinifolia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa biomassa lamun bagian atas memiliki cadangan karbon sebesar 19,1 Mg C, sementara biomassa bagian bawah lamun menyimpan cadangan karbon sebesar 28,4 Mg C. Spesies Enhalus acoroides memberikan kontribusi terbesar pada cadangan karbon komunitas lamun secara keseluruhan yaitu sebesar 26,9 Mg C (56,7%). Cadangan karbon yang tersimpan pada substrat terestimasi sebesar 4.590,0 Mg C. Substrat pada kedalaman 70-100 cm memberikan kontribusi terbesar pada cadangan karbon substrat secara keseluruhan yaitu sebesar 1.494,2 Mg (32,5%).