digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Permintaan pelayanan peti kemas di pelabuhan Tanjung Perak khususnya Terminal Berlian selalu meningkat. Permasalahan timbul apabila peningkatan permintaan akan pelayanan kapal peti kemas dan peti kemas tidak diikuti dalam kecukupan fasilitas lapangan penumpukan di terminal peti kemas. Jumlah arus peti kemas yang semakin besar tidak diiringi kapasitas lapangan penumpukan yang mencukupi akan menyebabkan banyaknya peti kemas yang menumpuk di terminal, sehingga mempengaruhi dwelling time di Pelabuhan. Penelitian ini untuk menganalisis dan memberi alternatif perencanaan fasilitas terminal peti kemas Berlian oleh pihak operator pelabuhan (PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia). Metodologi penelitian dimulai dari metode pengumpulan data sekunder pelayanan data pelayanan kapal dan petikemas tahun 2009-2013 serta data primer berupa wawancara dan observasi lapangan terkait sistem dan prosedur pelayanan kapal dan barang. Kemudian dilakukan peramalan arus kapal dan peti kemas di masa yang akan datang dilakukan dengan metode time series projection. Hasil forecasting kapal dan peti kemas tersebut dijadikan bahan pembahasan terkait antrian kapal dan juga kapasitas lapangan penumpukan. Metode evaluasi pelayanan arus kapal dan peti kemas menggunakan teori antrian dan teori kapasitas. Pada pelayanan kapal peti kemas di Terminal Berlian didapat hasil sampai dengan tahun 2020, Po (Probabilitas bahwa fasilitas pelayanan sedang menganggur/kosong) baru mencapai 0,0073 dan Pw (Probabilitas kapal yang datang dalam sistem tersebut harus menunggu untuk dilayani) baru mencapai 0,035 diikuti dengan tingkat utilisasi baru mencapai 45 %. Pada pelayanan peti kemas ,pihak operator dapat membagi menjadi 4 skenario sehingga Yard Occupancy Ratio (YOR) tetap stabil 75 %. Skenario I, untuk mencapai YOR 75% dengan dwelling time 4,5 hari dan sistem truck lossing maka dibutuhkan penambahan luas lapangan penumpukan sampai tahun 2020 dengan kapasitas 11.145 Teus serta penambahan luas 33.944 m2. Skenario II, didapati hasil bahwa untuk mencapai YOR 75% dengan dwelling time 3 hari dengan sistem truck lossing sampai dengan tahun 2020 dengan kapasitas 7.430 Teus serta penambahan luas 7.629 m2. Skenario III, untuk mencapai YOR 75% dengan dwelling time 4,5 hari dengan sistem full stacking sampai dengan tahun 2020 dengan kapasitas 24.074 Teus serta penambahan luas 125.523 m2. Skenario IV, untuk mencapai YOR 75% dengan dwelling time 3 hari dengan sistem full stacking sampai dengan tahun 2020 dengan kapasitas 16.049 Teus serta penambahan luas 68.682 m2. Kesimpulan, pihak BJTI tidak perlu menambah fasilitas pelayanan kapal berupa HMC sampai dengan tahun 2020, dikarenakan antrian pelayanan kapal sampai dengan tahun 2020 masih rendah. Terkait kapasitas pelayanan peti kemas, BJTI mengantisipasi kenaikan jumlah permintaan pelayanan peti kemas dengan penambahan lahan penumpukan yang sesuai Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Perluasan lapangan penumpukan sebaiknya diikuti dengan penurunan dwelling time pelayanan peti kemas, sehingga tingkat YOR tetap stabil 75%.