digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Bank perkreditan, baik itu Bank Perkreditan Rakyat konvensional (BPR) atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), terus berkembang seiring dengan perkembangan usaha kecil menengah dan perkembangan bisnis pada umumnya. BPRS dalam perkembangannya terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi syariah yang semakin banyak diminati, ditunjang bahwa Indonesia negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Tingkat profitabilitas BPRS di seluruh negeri, menunjukkan kecenderungan meningkat, dari tahun ke tahun, namun BPR berbanding terbalik dengan BPRS, yang menunjukkan tren menurun selama periode yang sama, walaupun BPR dalam operasionalnya lebih dahulu berdiri dibanding BPRS. Berdasarkan fakta tersebut, masalah penelitian adalah untuk mempelajari perbedaan efisiensi melalui Data Envelopment Analysis (DEA), antara kasus BPR konvensional (BPR) dan syariah (BPRS) di provinsi Jawa Barat, sebagai pusat berkembangnya usaha BPR dan BPRS di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efisiensi antara BPR dan BPRS. BPR tidak lebih efisien dibanding BPRS. Dengan demikian, BPRS meski skala ekonominya lebih kecil dari BPR, namun dapat mencapai efisiensi yang sama seperti BPR. Kedua jenis BPR tersebut tidak mencapai kriteria produktivitas. Hanya dalam satu tahun, BPR dan BPRS mencapai kriteria produktivitas. Secara keseluruhan, 3 BPR memenuhi kriteria perubahan produktivitas secara total, sedangkan BPRS hanya 2 yang memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena itu, operasional BPR pada dasarnya menggambarkan tingkat produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan BPRS.