digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Baja Bebas Interstisi (IF Steel) merupakan baja yang mengandung atom interstisi (C,H,N,O) terlarut yang sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Ketidakhadiran atom interstisi membuat IF Steel memiliki kuat luluh yang rendah, keuletan yang tinggi dan sifat mampu bentuk yang baik. Adanya strain aging menyebabkan kekuatan pada baja meningkat tetapi keuletannya menurun. Unsur yang mempengaruhi strain aging pada IF Steel adalah karbon (C) dan nitrogen (N). Pada penelitian ini akan diteliti fenomena strain aging pada 2 jenis IF Steel dengan kandungan karbon yang sama tetapi dengan kandungan nitogen yang berbeda. Kedua IF Steel tersebut akan divariasikan prestrain dan temperatur aging. Selain itu, kandungan unsur yang mempengaruhi sifat mekanik seperti P dan S juga dianalisis. Serangkaian percobaan dilakukan untuk mengamati strain aging terhadap 2 jenis IF Steel (IF Steel A dan IF Steel B). Mulanya spesimen kedua baja masing-masing diberi peregangan awal atau prestrain sebesar 4%, 6%, dan 10% dari dari gauge length-nya, kemudian dilakukan proses aging pada 150, 200 dan 250oC selama 30 menit. Uji tarik dilakukan pada kondisi aging dan non aging setelah prestrain. Pengamatan strain aging bisa diketahui dari kurva uji tariknya. Hasil percobaan menunjukkan bahwa strain hardening mengakibatkan kuat luluh dan kuat tarik baja meningkat. Tidak tampak adanya titik luluh pada kedua baja setelah mengalami prestrain dan aging. Tidak terjadi peningkatan kuat luluh dan kuat Tarik secara signifikan pada kedua baja setelah proses aging jika dibandingkan proses non aging. Peningkatan kuat luluh tertinggi kedua baja terjadi pada kondisi prestrain 10% dan aging 200oC sebesar 67,5% untuk IF Steel A dan 130,5% untuk IF Steel B. Pada prestrain 6%, IF Steel A lebih rentan terhadap strain aging dibandingkan IF Steel B. Kandungan P dan S yang lebih tinggi Pada IF Steel A mengakibatkan lebih rentan getas jika dibandingkan IF Steel B.