digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Proses penyembuhan luka dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor internal seperti inflamasi dan faktor eksternal seperti jenis balutan luka dan kandungan senyawa aktif yang digunakan. Pengembangan balutan luka saat ini difokuskan pada pengontrolan infeksi akibat kolonisasi bakteri dan menyediakan lingkungan yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Material balutan luka dapat berbentuk membran maupun hidrogel berbasis polimer. Biopolimer selulosa yang dihasilkan oleh bakteri seperti Gluconacetobacter sp. diketahui memiliki karakteristik biologis yang baik untuk regenerasi jaringan. Pada optimasi fungsi balutan luka, umumnya dilakukan penyisipan senyawa aktif antara lain seperti anti bakteri maupun anti inflamasi yang dapat ditemukan pada senyawa kurkumin dari tanaman Curcuma longa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kemampuan difusi senyawa aktif kurkumin serta nanopartikel kurkumin yang tersisip dari membran dan hidrogel berbasis bioselulosa untuk aplikasi balutan luka melalui persiapan yang dilakukan dengan (i) mengoptimasi sumber nitrogen dan pH medium awal Gluconacetobacter sp. untuk produksi bioselulosa, serta (ii) mengoptimasi konsentrasi molar kurkumin:heptakis (2,6-O-dimetil)-β-siklodekstrin (DIMEB) dalam pembentukan nanopartikel kompleks inklusi untuk meningkatkan stabilitas kurkumin. Karakterisasi membran dan hidrogel berbasis bioselulosa dilakukan dengan (iii) menentukan kemampuan difusi kurkumin dan nanopartikel kurkumin pada berbagai konsentrasi agar dan pelarut yang berbeda, serta (iv) menentukan aktivitas antibakteri kurkumin dan nanopartikel kurkumin pada membran dan hidrogel melalui pengukuran zona hambat menggunakan metode Kirby-Bauer dan penentuan nilai MIC. Berdasarkan hasil optimasi produksi bioselulosa, penambahan sumber nitrogen urea dan pH awal medium 4,00-4,50 memberikan hasil terbaik. Perbandingan konsentrasi molar kurkumin:DIMEB yang memberikan pembentukan nanopartikel kompleks inklusi terbaik yaitu 1:1 dengan ukuran partikel 169,2 nm dan zeta potensial -12,4 mV. Penentuan kemampuan difusi menggunakan variasi konsentrasi agar menunjukan laju difusi kurkumin baik pada membran maupun hidrogel tidak berbeda secara signifikan antar variasi agar. Difusi pada berbagai pelarut menunjukan laju difusi kurkumin tertinggi dengan nilai 0,05 ppm/jam yaitu pada pelarut alkali, sedangkan laju difusi tertinggi pada nanopartikel kurkumin yaitu pelarut akuades serta PBS pH 7,4 dengan nilai 0,04 ppm/jam. Pada pengujian aktivitas antibakteri, kurkumin dan nanopartikel kurkumin yang tersisipkan pada membran bioselulosa dapat menghambat pertumbuhan kultur P. vulgaris maupun P.aeruginosa dengan zona inhibisi tertinggi dihasilkan oleh nanopartikel kurkumin sebesar 0,175 dan 0,164 (cm/unit kurkumin). Sedangkan nanopartikel kurkumin yang terdapat di dalam hidrogel diketahui dapat menghambat P. vulgaris, P. aeruginosa, dan S. epidermidis dengan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) diatas 6 ppm.