digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Opsi Saham Karyawan (OSK) adalah opsi call yang diberikan oleh perusahaan kepada sekelompok karyawannya untuk membeli saham perusahaan itu sendiri. Gagasan utama pemberian OSK adalah untuk menyelaraskan insentif yang akan diperoleh karyawan dengan keinginan para pemilik saham perusahaan, memotivasi mereka bekerja lebih optimal agar kinerja perusahaan semakin bagus yang berdampak pada kenaikan harga saham perusahaan tersebut, dan membantu perusahaan untuk dapat mempertahankan karyawan yang bermotivasi tinggi dan berpotensial. Sebagai salah satu bentuk kompensasi non-tunai, OSK juga merupakan komponen biaya yang efisien bagi perusahaan-perusahaan kecil untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan yang memberikan OSK kepada karyawannya wajib menghitung dan melaporkan nilai wajar (harga) dari OSK tersebut dalam laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan. OSK memiliki karakteristik unik yang membedakannya dengan opsi standar. Opsi standar biasanya jatuh tempo dalam waktu satu tahun, OSK memiliki waktu jatuh tempo yang lebih panjang (5-10 tahun). Biasanya OSK tidak dapat segera dieksekusi karena memiliki masa tunggu. Selain itu, karyawan tidak diijinkan menjual OSK yang dimilikinya; sehingga jika karyawan ingin segera mewujudkan OSK yang dimilikinya dalam bentuk tunai, maka karyawan tersebut haruslah menjual saham yang akan diperolehnya. Pembatasan penjualan tersebut menyebabkan karyawan mengeksekusi OSK yang dimilikinya lebih cepat sebelum waktu jatuh tempo (fitur opsi Amerika). Semua karakteristik OSK tersebut memberikan dampak yang signifikan terhadap harga OSK. Harga OSK dapat dihitung dengan menggunakan model penetapan harga opsi, yaitu model Black-Scholes atau model lattice atau yang sejenisnya. Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa harga OSK yang ditentukan dengan model Black-Scholes cenderung melebihi harga sebenarnya dari OSK tersebut karena: tidak memperhitungkan adanya masa tunggu, menangani fitur eksekusi dini dengan mereduksi masa berlakunya OSK, dan tidak mempertimbangkan adanya aspek dilusi. Dilusi adalah penurunan harga saham perusahaan sebagai akibat dari eksekusi OSK oleh karyawan. Oleh karena itu, model lattice dan metode Monte Carlo yang dimodifikasi untuk memenuhi karakteristik OSK dapat dimanfaatkan. Model lattice dan metode Monte Carlo memiliki beberapa keunggulan, yaitu: fleksibel, mudah diimplementasikan, dan dapat mengakomodasi fungsi-fungsi dengan payoff yang kompleks. Penelitian ini mengembangkan model OSK secara umum dengan mempertimbangkan adanya strategi eksekusi OSK oleh karyawan, periode eksekusi yang terbatas (fitur opsi Bermuda), dan diperbolehkannya eksekusi secara bertahap untuk memaksimumkan nilai diskonto dari total penghasilan di masa yang akan datang. Total penghasilan didefinisikan sebagai gaji (yang diasumsikan konstan) ditambah dengan payoff dari OSK kemudian dikurangi pajak penghasilan progresif. Selanjutnya, penelitian ini juga mengembangkan model lattice tiga dimensi (3D) untuk menentukan harga OSK dari model OSK dengan eksekusi bertahap yang mempertimbangkan adanya efek dilusi. Model lattice 3D yang dikembangkan tersebut dinamakan model Forest, yang terdiri dari beberapa Pohon Binomial dan setiap Pohon Binomial merepresentasikan satu kemungkinan skenario dilusi. Model Forest ini juga dapat dimodifikasi untuk menentukan harga berbagai derivatif selain OSK. Selain itu, penelitian ini juga mengembangkan model OSK yang berlaku di Indonesia yang memuat fitur opsi Amerika, opsi Bermuda, dan opsi Asia dengan rata-rata parsial (rata-rata selama suatu bagian dari masa berlakunya opsi). Harga OSK yang berlaku di Indonesia ditentukan dengan model lattice yang telah dimodifikasi untuk memenuhi tambahan karakteristik OSK tersebut. Hasil numerik yang diperoleh akan diuji kekonvergenannya dan dianalisa sensitivitasnya terhadap perubahan parameter pada model.