digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gardu tol merupakan wilayah kerja yang berada di area padat lalu lintas. Bukaan yang merupakan tempat transaksi pembayaran, menjadi celah untuk terpaparnya area dalam ruangan oleh polutan yang berasal dari luar ruangan. Berdasarkan hasil pengukuran, tingkat kebisingan di dalam gardu tol adalah 62.6 dBA dan tingkat kebisingan untuk luar ruangan adalah 72.7 dBA. Ukuran tersebut masih lebih tinggi dibanding standar tingkat tekanan suara berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (60 dBA). Pengukuran kadar CO2 dalam ruangan adalah sebesar 833 ppm, dan kandungan CO2 luar ruangan adalah 474 ppm. Nilai ini sudah lebih rendah dibanding nilai ambang batas kandungan CO2 dalam udara berdasarkan SNI (5000 ppm). Kenyamanan termal diukur dengan menggunakan metode analisa berdasarkan suhu efektif dan nilai HSI (heat stress index). Hasil yang paling ekstrim berada pada kondisi heat stress ringan (berdasarkan HSI) dan kondisi hangat (berdasarkan TE). Namun masalah tersebut dapat diselesaikan dengan pemasangan AC. Perbaikan akustik dilakukan dengan pemodelan menggunakan perangkat lunak Comsol Multiphysics. Penggantian bahan kaca menjadi laminated glass meningkatkan insertion loss sebesar 3.5 dB. Pemasangan rockwool pada sebagian ruangan meningkatkan insertion loss sebesar 5 dB. Pemasangan rockwool pada seluruh ruangan meningkatkan insertion loss sebesar 9.3 dB. Pemasangan rockwool dan laminated glass sekaligus meningkatkan insertion loss sebesar 9.6 dB. Pengaruh penggantian bahan terhadap kondisi termal dalam gardu dianalisis dengan pemodelan menggunakan FloVENT 9.1. Hasilnya adalah peningkatan suhu yang tidak lebih dari 1oC. Hasil tersebut menunjukan tidak ada sensasi termal yang berubah akibat penambahan atau penggantian bahan bangunan menggunakan laminated glass dan rockwool.