digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengukuran intersepsi menggunakan cara konvensional masih terdapat beberapa kekurangan salah satunya ukuran luas tajuk yang tidak akurat. Untuk meningkatkan tingkat keakuratan pengukuran luas tajuk, penggunaan foto udara merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan. Salah satu kelebihannya ialah dapat mengkoreksi celah yang ada pada tajuk, dan mengurangi galat akibat bentuk tajuk yang tidak beraturan. Untuk membandingkan tingkat akurasi kedua metoda ini, penelitian intersepsi kami lakukan. Intersepsi merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi yang dipengaruhi oleh vegetasi. Kemampuan intersepsi setiap jenis pohon berbeda, Perbedaan ini disebabkan karakteristik pohon seperti ketebalan tajuk, luas tajuk, morfologi daun dan sebagainya, sehingga diperlukan penelitian mengenai kemampuan intersepsi pohon. Penelitian ini dilakukan di Kampus ITB Jatinangor. Pada penelitian ini perhitungan intersepsi tajuk dilakukan pada tanaman jenis Acacia mangium (Akasia), Swietenia macrophylla (Mahoni), Neolamarckia cadamba (Jabon), dan Paraserianthes falcataria (Sengon). Pengambilan data untuk mengukur kemampuan intersepsi pohon meliputi curahan tajuk, aliran batang, dan presipitasi. Pengukuran parameter luas tajuk dilakukan dengan dua metode, yaitu menggunakan pita ukur, dan menggunakan foto udara menggunakan drone. Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase curahan tajuk terbesar ialah jabon (80,3%), diikuti sengon (74,54%), akasia (70,08%), dan persentase curahan tajuk terkecil ialah mahoni (63,51%). Nilai persentase aliran batang terbesar ialah pohon jabon (0,478%), diikuti mahoni (0,092%), akasia (0,034%), dan sengon (0,016%). Nilai persentase intersepsi terkecil ialah pohon jabon (19,23%), kemudian sengon (24,61%), akasia (29,89%), dan nilai persentase intersepsi terbesar ialah mahoni sebesar (34,6%). Pengukuran luas tajuk pada kedua metode memiliki perbedaan nilai. Pengukuran tajuk sengon dengan nilai luas tajuk pengukuran pita ukur lebih besar dibanding pengukuran foto dengan drone (22,9 m²), sedangkan pada pengukuran luas jabon, mahoni dan akasia galat yang dihasilkan lebih besar dengan metode pita ukur dengan selisih masing-masing 19,12 m² (akasia), 4,10 m² (mahoni), dan 8,83 m² (jabon).