digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sianidasi merupakan proses yang paling banyak digunakan untuk mengekstraksi emas dari bijihnya di dunia saat ini. Setiap proses metalurgi akan menghasilkan produk sampingan berupa limbah dan proses sianidasi ini menghasilkan limbah sianida yang berbahaya bagi kehidupan di lingkungan sekitarnya apabila tidak ditangani dengan baik. Proses penanganan limbah ini ditujukan agar lingkungan pembuangan limbah tidak tercemar (remediasi) dengan menghancurkan (destruksi/degradasi) ion sianida menjadi senyawa yang lebih aman bagi lingkungan. Salah satu proses destruksi sianida yang banyak diaplikasikan di pabrik pengolahan emas adalah proses INCO dan proses klorinasi basa. Diketahui bahwa sianida terdapat secara alami di dalam makhluk hidup, hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya sianida dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup dan dari berbagai makhluk hidup yang mungkin mendestruksi sianida, maka bakteri merupakan pilihan yang telah banyak diteliti. Bakteri yang dipilih adalah Pseudomonas pseudoalcaligenes yang telah terbukti mampu mencerna sianida sebagai satu-satunya sumber nitrogen untuk hidup. Penelitian ini melibatkan bakteri yang diperoleh dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati - ITB. Bakteri diperbanyak dahulu selama 24 jam, kemudian dilakukan proses inokulasi. Konsentrasi sianida awal ditentukan 700 ppm. Percobaan pertama dilakukan dengan variasi persen volume larutan kultur 1%, 5%, 10%, dan 20%. Setelah diperoleh hasil paling baik, percobaan dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi asetat sebagai sumber karbon bagi bakteri (25 mM, 50 mM, 75 mM, dan 100 mM) serta waktu tinggal proses dalam hari (1, 3, 5, dan 7). Untuk keekonomisan dalam aplikasi, dilakukan percobaan dengan memvariasikan persen volume larutan kultur menjadi lebih kecil lagi menjadi 0,1%, 0,5%, 1%, dan 2% dengan konsentrasi asetat paling baik yang telah diperoleh sebelumnya. Dari percobaan pertama diperoleh bahwa persen volume larutan kultur paling baik adalah 1% (volume/volume) yang mampu menurunkan konsentrasi sianida dari 689,47 ppm menjadi 539,93 ppm. Untuk konsentrasi asetat paling baik diperoleh nilai 25 mM dengan waktu tinggal tujuh hari yang mampu menurunkan sianida dari 640,92 ppm menjadi 504,97 ppm. Untuk percobaan ketiga diperoleh penurunan konsentrasi sianida paling baik ditunjukkan oleh persen volume larutan kultur bakteri 0,1% dari 700 ppm menjadi 590,42 ppm. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses destruksi sianida dengan bakteri tidak membutuhkan bakteri dalam jumlah besar, selama nutrisi yang dibutuhkannya tercukupi. Untuk waktu tinggal proses diketahui bahwa semakin lama waktu tinggalnya, sianida yang dihilangkan semakin banyak.