digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada telecommunication shelter, kehandalan jaringan adalah hal yang utama. Oleh karena itu diperlukan baterai VRLA untuk menjaga jaringan telekomunikasi tetap berjalan sekalipun listrik mati. Masalah utama yang dihadapi baterai VRLA dalam penggunaannya adalah faktor suhu. Oleh karenanya perlu dibuat suatu kriteria perancangan sistem pendinginan untuk baterai VRLA. Menggunakan simulasi Computational Fluid Dynamics dapat diperoleh hasil mengenai gambaran distribusi beban termal pada ruangan telecommunication shelter. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: beban pendinginan pada enclosure telecommunication shelter terdiri dari tiga komponen utama yaitu baterai VRLA sebesar 442btu⁄hr, rectifier sebesar 4638 btu⁄hr, dan radiasi matahari sebesar 571btu⁄hr. Perhitungan beban termal puncak radiasi matahari pada telecommunication shelter dengan lokasi di Kota Bandung bulan April jam 15. Nilai beban pendinginan yang disebabkan oleh radiasi matahari pada keempat set bulan (Juni, Juli/Mei, Agustus/April, Desember) secara total memiliki profil yang sama tanpa ada perubahan yang signifikan. Nilai galat rata-rata antara hasil simulasi yang dibuat menggunakan FLOVENT dengan hasil eksperimen besarnya sekitar +11,1 %. Kombinasi suhu inlet dan airflow yang paling efektif untuk telecommunication shelter pada kasus ini adalah 18oC dengan nilai airflow yang berkisar antara 330-400 cfm. Dengan kombinasi tersebut tercapai suhu rata-rata monitoring point 25oC dan 24,8oC maka hasil tersebut memenuhi kriteria perancangan.