digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Keberadaan TPS (Tempat Penampungan Sementara) memiliki pengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya baik lingkungan fisik, kimiawi, biologi, maupun sosial. Untuk mengetahuinya, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh keberadaan TPS yang meliputi pengukuran kualitas air tanah dan air permukaan, kepadatan lalat, serta dilakukan wawancara terhadap warga sekitar. Lokasi studi adalah di Kota Bandung meliputi enam lokasi TPS yang berbeda yaitu TPS Jalan Tamansari, TPS Pasar Suci, TPS Arcamanik, TPS Tegalega, TPS Ciroyom, dan TPS Antapani. Hasil analisa kualitas air tanah dan air permukaan di sekitar TPS menunjukkan tingginya angka organik dan COD. Angka organik tertinggi sebesar 6527,59 mg/L (saluran air 2 TPS Antapani) sedangkan angka COD tertinggi adalah sebesar 1920 mg/L (saluran air 2 TPS Tegalega). Hal tersebut disebabkan karena adanya pencemaran air oleh lindi. Kepadatan lalat diukur pada empat titik di setiap TPS. TPS dengan jumlah lalat paling banyak adalah TPS Ciroyom dengan rata-rata 32,8 lalat sedangkan jumlah lalat terendah adalah di TPS Arcamanik dengan rata-rata 11,5 lalat. Dari hasil wawancara didapatkan jawaban responden mengenai pengaruh terhadap lingkungan sosial, diantaranya adalah mengganggu lalu-lintas, menyebabkan bau, mengganggu pemandangan sekitar, lindi yang tergenang, dan juga meningkatkan populasi lalat. Pengaruh positif dari adanya TPS bagi responden adalah sebagai fasilitas pembuangan warga, juga sebagai lahan bekerja pemulung untuk mendapat sampah yang akan dijual kembali. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya TPS memberikan berbagai pengaruh bagi lingkungan, seperti menurunnya kualitas air permukaan dan air tanah, meningkatkan indeks populasi lalat, serta memberikan dampak sosial bagi masyarakat di sekitarnya.