digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Dalam industri manufaktur, secara luas kita dapat menemukan zirkonia sebagai bahan baku dalam pembuatan tegel dan bahan refraktori untuk pelapis tungku pelebur, kiln furniture, nozles, crucible, sebagai komponen pada keramik advanced seperti oksigen sensor dan SOFC, aplikasi kesehatan (terutama sebagai heads untuk hydroxyapatite), serta perhiasan. Beragamnya aplikasi Zirconia (ZrO2) ini berkaitan dengan sifat-sifat khusus dan kemampuan yang dimilikinya, antara lain: sifat refractorinessnya yang sangat tinggi yaitu sekitar 2750 derajat C untuk Zirconia murni, kemudahannya dalam bertransformasi fasa untuk menghasilkan sifat mekanik yang diinginkan, konduktansi ioniknya yang baik, serta kemudahannya untuk distabilkan oleh oksida logam lain untuk memodifikasi sifat fisik, mekanik dan kimianya. Pemakaian zirkonia dengan kualitas tinggi sampai saat ini masih bergantung kepada produk impor. Padahal, Zirkon (ZrSiO4) sebagai sumber utama zirkonia memiliki potensi cadangan di Indonesia yang cukup besar. Pasir Zirkon (ZrSiO4) yang terdapat dalam jumlah banyak di Kalimantan Selatan sampai saat ini masih belum dimanfaatkan secara optimal. Namun potensi yang cukup besar ini belum disertai dengan pemanfaatan dan pengolahan yang optimal untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah. Masalah yang muncul dalam penguraian mineral zirkon secara langsung adalah tingkat kesulitannya yang cukup tinggi karena dibutuhkan temperatur yang sangat tinggi untuk menguraikannya menjadi zirkonia. Penelitian ini dibuat untuk mengembangkan proses Alkali fusion sebagai alternatif proses pemurnian zirkon dengan tujuan meningkatkan keefisienan proses pemurnian mineral zirkon yang akan mengurangi biaya produksi yang dibutuhkan dan juga harga kristal zirkonia murni. Proses alkali fusi diawali dengan pencampuran zirkon dengan NaOH pada temperatur 700 derajat C selama 2 jam, dilanjutkan dengan proses pemisahan seperti leaching dan sentrifugasi, pembuatan presipitat melalui penambahan basa, kemudian dilanjutka dengan tahap kalsinasi selama 2 jam pada temperatur 900 derajat C. Keberhasilan dari penelitian ini dapat dilihat dari hasil XRD yang menunjukkan adanya peak zirkonia. Namun, masih terdapat peak zirkon yang cukup signifikan pada hasil XRD. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu dilakukan pengulangan proses untuk mengekstraksi zirkon kalimantan menjadi zirkonia. Oleh karena itu masih munculnya peak zirkon ini menjadi topik yang sangat menarik bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti sejauh mana repetisi proses alkali fusion yang perlu dilakukan.