digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Peningkatan suhu di daerah Surabaya mencapai 36 derajat celsius yang pada musim kemarau biasa suhu maksimum hanya mencapai 34 derajat celsius. Adanya peningkatan temperatur di wilayah perkotaan tersebut yang kemudian akan megakibatkan perbedaan distribusi temperatur antara pusat kota dengan pinggiran kota, fenomena tersebut dikenal dengan istilah pulau panas perkotaan (Urban Heat Island / UHI). Fenomena ini ditandai dengan adanya temperatur udara suatu daerah yang lebih tinggi dari temperatur udara daerah sekitarnya. Dalam penelitian ini digunakan data citra satelit Landsat 7 ETM+ yang kemudian dilakukan pengolahan dengan menggunakan software pemetaan agar perubahan landuse dan temperatur pada periode 2000 – 2003 di wilayah Surabaya dapat terlihat. Selanjutnya dilakukan pengolahan data Klimatologi dengan menggunakan metode trendline yang meliputi parameter temperatur dan kelembapan udara dari stasiun Geofisika Tretes, stasiun meteorologi maritim perak I dan perak II, Stasiun meteorologi Juanda, serta Automatic Weather Station Lamongan selama 10 tahun periode 1999 – 2008. Hasil pengolahan data tersebut dikorelasikan untuk mengetahui pengaruh dari adanya perubahan landuse perkotaan terhadap parameter cuaca khususnya temperatur udara sehingga terlihat adanya Urban Heat Island di daerah Surabaya.Berdasarkan analisis hasil pengolahan data tersebut, terlihat adanya persebaran daerah Urban Heat Island dan peningkatan temperatur permukaan yang mengikuti perubahan tutupan lahan, sehingga dapat dinyatakan bahwa proses urbanisasi atau perkembangan perkotaan turut mempengaruhi kondisi Urban Heat Island di wilayah Surabaya. Peningkatan temperatur berdasarkan hasil pengolahan data citra satelit Landsat berkisar antara 1 – 3 derajat celsius pada periode tahun 2000-2003, dan berdasarkan hasil pengolahan data observasi terlihat adanya kenaikan temperatur yang mencapai 1,3 derajat celsius pada periode tahun 1999-2008.