digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Gunung lumpur adalah morfologi permukaan yang khas dibentuk oleh penumpukan material hasil ekstrusi dari formasi tekanan luap di bawah permukaan atau lazim disebut diapir serpih. Disertasi ini merupakan penelitian terpadu dan komprehensif gunung lumpur di Cekungan Jawa Timur yang meliputi analisis data permukaan, analisis laboratorium, interpretasi data bawah permukaan, pemodelan sejarah pemendaman, pemodelan laju sedimentasi, analisis strain, analisis mekanisme tekanan luap, dan pemodelan analog Hele Shaw. Penelitian ini menghasilkan rumusan baru tentang elemen dan proses dalam sistem pembentukan gunung lumpur yang belum pernah dihasilkan oleh para peneliti gunung lumpur sebelumnya. Sistem pembentukan gunung lumpur terbagi menjadi tiga subsistem, yaitu Subsistem Generatif, Subsistem Migrasi, dan Subsistem Ekstrusi. Penerapan formulasi baru karakter bawah permukaan dan permukaan gunung lumpur menghasilkan model pertama dari sistem gunung lumpur di Jawa Timur. Sistem gunung lumpur dapat dikelompokkan menjadi empat model, yaitu Model Kuwu, Model Crewek, Model Medang dan Model Lusi. Pemunculan gunung lumpur di Jawa Timur dikontrol oleh deformasi yang intensif pada tektonik kontraksional dengan rasio strain lebih dari 0,36 dan terletak pada zona tekanan litostatik yang lebih rendah dari sekelilingnya. Tektonik kontraksional mempengaruhi pembentukan gunung lumpur pada tingkatan subsistem migrasi dan ekstrusi. Laju sedimentasi yang tinggi mengontrol pembentukan gunung lumpur dalam level subsistem generatif dan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya zona tekanan luap dalam subsistem migrasi. Penyebab zona tekanan luap di Cekungan Jawa Timur adalah laju sedimentasi yang cepat (lebih dari 280 m/juta tahun), pemendaman yang dalam (lebih dari 1.000 m), dan dominasi serpih (lebih dari 85%) yang terutama terdiri oleh mineral smektit atau kaolinit. Pemodelan analog dengan Hele Shaw menyimulasikan bagaimana sistem gunung lumpur membangun tekanan mencapai fase tekanan kritis dan kemudian erupsi. Dalam penelitian ini disimulasikan dampak dari 'pipa pengeboran' terhadap berbagai fase tekanan sistem gunung lumpur. Jika sistem gunung lumpur dalam fase tekanan kritis, 'pipa pengeboran' akan menyebabkan ledakan langsung dan cepat dari sistem gunung lumpur. Sementara itu jika sistem gunung lumpur dalam kondisi mendekati fase kritis, erupsi akan mulai terjadi jika 'pipa pengeboran' diperdalam. Jika sistem gunung lumpur dalam fase nonkritis, tidak terjadi erupsi, hanya akan menyebabkan penurunan tekanan dalam sistem gunung lumpur. Dampak getaran buatan juga disimulasikan dalam penelitian ini. Pada simulasi dengan pemodelan Hele Shaw, getaran tunggal hanya akan menyebabkan penurunan tekanan sistem gunung lumpur. Erupsi akan terjadi jika getaran terjadi berulangkali. Temuan penting lainnya dari penelitian ini adalah bahwa lumpur dari zona tekanan luap memiliki potensi untuk menjadi reservoir gas nonkonvensional dengan kapasitas penyimpanan gas yang tinggi. Kapasitas penyimpanan gas lumpur berdasarkan analisis adsorpsi pada suhu 65oC berkisar dari 812 scf/ton sampai dengan 3.217 scf/ton. Reservoir gas nonkonvensional dari lumpur zona tekanan luap diusulkan sebagai tipe play hidrokarbon baru: mud gas play (MGP). Studi ini menyediakan suatu metode baru dalam pengembangan peta potensi gunung lumpur. Peta ini memberikan informasi tentang posisi zona tekanan luap di bawah permukaan yang berpotensi menjadi gunung lumpur. Peta potensi gunung lumpur ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan.