digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Beras merupakan makanan pokok Bangsa Indonesia, sehingga kebutuhan beras sehari-hari mutlak perlu tersedia. Namun, mengingat struktur geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau-pulau ,dan tingkat produksi beras yang berbeda-beda untuk setiap daerah, menimbulkan adanya daerah yang surplus dan defisit beras. Pendistribusian beras dari daerah surplus ke daerah defisit, di dalam rangka pemerataan persediaan beras ke seluruh wilayah Indonesia, merupakan salah satu tugas pokok Bulog, dimana dalam pelaksanaanya Bulog, dibantu oleh Dolog-Dolog ditingkat propinsi dan SubDolog-Subdolog ditingkat Kabupaten. Moda yang digunakan selama ini dalam pendistribusian beras sebahagian besar adalah moda angkutan laut/sungai, hal ini disebabkan 80 % wilayah Indonesia terdiri dari lautan/sungai, sedangakan sisanya menggunakan moda angkutan darat dan sebahagian kecil menggunakan angkutan udara. Sedangkan distribusi tersebut menggunakan biaya yang tidak sedikit, untuk itulah maka perlu adanya penentuan pola distribusi beras antar Dolog dengan kriteria ongkos minimal. Pada penelitian ini dicoba menggunakan model yang sudah ada (transportasi). Model dicoba untuk tahun takwin (January s/d 31 Desember ) 1991 dan 1993.Untuk tahun 1991 model dicoba dengan data sesungguhnya, hal ini dilakukan untuk membandingkan antara keluaran model dengan realisasi, sedangkan untuk tahun 1993 bertujuan sebagai perencanaan distribusi beras untuk tahun yang bersangkutan .Dengan demikian kebutuhan data berdasarkan peramalan. Adapun hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1.Evaluasi distribusi beras tahun 1991a.Daerah Surplus beras ( Dolog Surplus) adalah Dolog Jawa Barat (9.177 ton),Jawa Timur {336.924 ton), Sulawesi Selatan (120.182 ton) dan Nusa Tenggara Barat(30.635 ton),total surplus 496.918 ton.b.Daerah Defisit beras (Dolog Defisit) adalah Dolog D.I. Aceh (15.544 ton),Sumatera Utara (113.550 ton) Riau (28.800 ton),Sumatera Barat(29.000 ton),Jambi (14.000 ton), Sumatera Selatan (54.470 ton),Bengkulu (10.500 ton),Lampung (4.844 ton),D.K.I Jakarta (215.779 ton), Jawa Tengah (22.499 ton ), D.I. Yogyakarta(16.017 ton),Kalimantan Barat(45.500 ton) Kalimantan Timur(16.044 ton),Kalimantan Selatan {14.904 ton) ,Kalimantan Tengah (6.350 ton),Sulawesi Utara (38.793 ton),Sulawesi Tengah (2.828 ton), Sulawesi Tenggara (6.447 ton),Bali(21.407 ton), Nusa Tenggara Timur(9.500 ton),Maluku (28.282 ton), Irian Jaya (44.126 ton),total defisit 786.163 ton.c.Biaya distribusi beras menurut model setelah dikonversi adalah Rp 16.544.705.212,8,sedangkan menurut realisasi adalah Rp 19.790.211.832. Dengan demikian diperoleh penghematan sebesar Rp 3.245.506.710,2 2.Perencanaan distribusi beras untuk tahun 1993. a.Daerah Surplus Beras ( Dolog Surplus) adalah Dolog Jawa Barat(37.898 ton),Jawa Tengah (26.124 ton),Jawa Timur (289.437 ton),Sulawesi Selatan (192.725 ton), dan Nusa Tenggara Barat(48.950 ton),total 595.134 ton. b.Daerah Defisit Beras ( Dolog Defisit) adalah Dolog D.I Aceh (20.4954 ton) ,Sumatera Utara (112.996 ton) Riau (60.284 ton),Riau ( 60.284 ton),Sumatera Barat (50.544 ton),Sumatera Selatan (18.430 ton ),Bengkulu {10.50ton ),Lampung (17.245 ton),D.K.I Jaya (96.732 ton),D.I.Yogyakarta (8.941 ton),Kalimantan Barat (49.483 ton), Kalimantan Timur (23.894 ton), Kalimantan Selatan (11.614 ton), Kalimantan Tengah (6.350 ton),Sulawesi Utara (32.505 ton),Sulawesi Tengah (1.779 ton),Sulawesi Tenggara (5.706 ton) , Bali(19.399 ton), Nusa Tenggara Timur (30.900 ton), Timor Timur(9.500 ton), Maluku (20.671 ton),Irian Jaya ,total defisit sebesar 604.524 ton. c.Total biaya distribusi perencanaan adalah Rp 15.420.216.300,-.