digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sebagai negara dengan bentangan hutan yang sangat luas, Indonesia memiliki laju deforestrasi cukup tinggi yaitu 610.375,92 ha per tahun. Keberadaan hotspot yang diasosiasikan dengan kejadian kebakaran hutan menjadi perhatian utama. Selama ini pengamatan hotspot dilakukan menggunakan satelit MODIS Terra dan Aqua. Satelit ini memiliki resolusi waktu 24 jam sehingga kurang baik untuk memantau keberadaan titik panas secara kontinyu. Untuk mengatasi kendala tersebut, dalam penelitian ini digunakan satelit MTSAT dengan resolusi waktu 1 jam. Metode Split Windows digunakan untuk menghasilkan jenis awan dari citra MTSAT. Metode ini menggunakan beberapa kanal gelombang secara bersamaan untuk mengetahui jenis awan. Pengidentifikasian titik api dilakukan dengan menggunakan metode WF_ABBA dengan melakukan penyesuaian pada treshold suhu MTSAT. Hasil yang diperoleh pada penelititan ini adalah mengetahui jenis awan yang berpengaruh besar terhadap deteksi titik panas, yaitu jenis awan tebal Cumulonimbus, stratocumulus serta stratus. Sedangkan jenis awan yang kurang berpengaruh terhadap deteksi titik panas adalah awan cumulus pada skala lokal serta awan cirrus. Treshold suhu yang baik untuk deteksi titik panas pada kondisi atmosfer cerah adalah T4 > 315 K , T11 > 280 K dan ΔT(T11 – T4) > 10 K. Treshold suhu yang digunakan pada kondisi atmosfer berawan tipis adalah T4 > 305 K , T11 > 280 K dan dan ΔT(T11 – T4) > 10 K. Treshold suhu yang digunakan pada kondisi atmosfer berawan tebal (Sc dan St) adalah T4 > 300 K , T11 > 275 K dan ΔT(T11 – T4) > 15 K.