digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TA PP ELISA 1-COVER.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2009 TA PP ELISA 1- BAB 1.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2009 TA PP ELISA 1- BAB 2.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2009 TA PP ELISA 1- BAB 3.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2009 TA PP ELISA 1- BAB 4.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

Di Bandung, jumlah sekolah luar biasa terbanyak adalah Sekolah Luar Biasa bagian C (tuna grahita). Sedangkan sekolah luar biasa D (tuna daksa) hanya satu. Padahal jumlah anak penyandang cacat tubuh usia sekolah di Bandung tidak hanya dapat ditampung oleh satu sekolah. Hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa SLB D di Bandung menjadi kebutuhan sosial yang cukup penting. Selain itu, munculnya paradigma bahwa anak penyandang cacat merupakan pihak yang dipandang rendah di masyarakat juga merupakan salah satu latar belakang perlunya sarana pendidikan bagi anak cacat. Untuk anak cacat fisik, tidak semua anak mempunyai kekurangan dalam hal belajar. Bahkan tidak sedikit anak cacat yang bahkan mempunyai tingkat kecerdasan lebih dibandingkan dengan anak normal. Namun, anak cacat cenderung mempunyai ketidakpercayaan diri yang diakibatkan oleh kekurangan fisiknya sehingga potensi dalam dirinya tidak muncul. Sekolah Luar Biasa disini bukan hanya mengajarkan hal teknis pendidikan namun juga membangkitkan mental anak sehingga menjadi orang yang dapat berkembang di masyarakat nantinya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah Sekolah Luar Biasa bagian D yang lengkap dan fungsional sebagai wadah pembimbingan dan pelatihan anak-anak tuna daksa agar dapat berinteraksi di masyarakat nantinya.