digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pada kuartal terakhir tahun 2008, dunia menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi, harga tembaga turun hingga di bawah US $2 per pound untuk pertama kalinya sejak bulan Desember 2005 dibarengi spekulasi ekonomi dunia sedang menghadapi resesi yang akan mengurangi permintaan kan logam. Perusahaan tambang besar dunia segera bereaksi terhadap turunnya permintaan ini dan mengurangi produksinya. Beberapa bahkan terpaksa menghentikan sementara produksinya, termasuk Freeport McMoran Copper & Gold Inc. Situasi ini juga memaksa PT Freeport Indonesia untuk melakukan usaha untuk mengurangi biaya produksi. Pada bulan Desember 2008, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia mengumumkan pernyataannya mengenai program pengurangan biaya perusahaan. Salah satu isinya adalah pengendalian yang lebih ketat untuk penggunaan material. Manajemen Rantai Pasok merespon situasi ini dengan membuat beberapa strategi, dengan fokus pada pengurangan inventori dan memaksimalkan efektivitas proses pembelian dan expediting untuk mendukung tujuan ini. Analisis perbaikan lead time supplier merupakan lahan studi menarik untuk melakukan pengurangan biaya, dalam hal ini, dengan nilai inventori yang disimpan sebagai biaya yang terlihat dan sejumlah permintaan material, lead time akan berpengaruh pada kekerapan order dan level inventori. Semakin cepat lead time, semakin kecil level dan biaya inventori yang diperlukan untuk memenuhi permintaan. Sebaliknya, semakin lama dan tidak pasti lead time, semakin besar inventori dan safety stock diperlukan untuk memastikan service level yang diinginkan akan tercapai. Isu yang diidentifikasi adalah rataan lead time supplier dari semua lokasi pada tahun 2006-2008 yang melebihi 21 hari sebagai standar. Analisis lebih lanjut dilakukan untuk memperoleh angka dan tipe stok yang tepat untuk dianalisis, dan proses pembelian untuk item fast moving stock class N, level A&B dipilih sebagai obyek penelitian terbaik untuk melihat pengaruh dan korelasi usaha perbaikan yang akan dilakukan terhadap nilai inventori. Untuk mempersempit obyek penelitian, lokasi pembelian Papua dipilih karena memiliki lead time paling lambat dibandingkan dengan lokasi lain. Kerangka six sigma (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) digunakan untuk meningkatkan proses bisnis saat ini. Masalah utama yang diidentifikasi adalah ketidaktersediaan stok pada supplier, proses tambahan (revisi), dan keterlambatan informasi order ke supplier. Setelah mengenali akar masalahnya, solusi masalah mencakup empat aspek: Proses Bisnis, Komunikasi, Teknologi, dan Sumberdaya Manusia. Kesimpulan dan rencana tindakan untuk solusi yang didapatkan adalah adanya kebutuhan akan kesepakatan formal antara manajemen rantai pasok dengan supplier akan kinerja mereka dalam hal kualitas, biaya, deliveri, keselamatan, dan lingkungan, perbaikan pengendalian proses, peningkatan komunikasi, optimasi teknologi, dan peningktan kompetensi dan keterampilan tim pembelian. Estimasi pengurangan biaya inventori melalui usaha perbaikan lead time yang dilakukan jika mencapai standar adalah US$ 54,955 untuk fast moving materials stock class N, level A&B yang dibeli dari supplier lokal, dengan peningkatan inventori turnover sebesar 10%. Kesempatan perbaikan ini terbuka juga untuk lokasi pembelian yang lain. Bagaimanapun juga, impelementasi tindakan yang terintegrasi dari empat aspek yang diperhitungkan dan sokongan dari manajemen merupakan hal yang amat diperlukan agar solusi yang ditawarkan dapat berjalan dalam jangka waktu yang panjang.