digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Industri perbankan merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peranan sangat vital bagi perekonomian suatu negara. Selain berperan sebagai lembaga intermediasi yang menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, sektor perbankan juga berperan dalam penyelenggara sistem pembayaran suatu negara. Apabila terjadi keterpurukan pada sektor perbankan yang mengarah pada kebangkrutan, maka akan berdampak negatif pada sistem pembayaran dan dapat berpengaruh terhadap agregat ekonomi suatu negara. Faktor penyebab suatu bank mengalami kesulitan keuangan yang memicu terjadinya kebangkrutan suatu bank dapat dikelompokkan kedalam dua faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Penentuan faktor-faktor internal didasarkan pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/20/PBI/2004 tentang kriteria penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor capital, assets, management, earning dan liquidity (CAMEL). Dewasa ini, faktor sensitivity to market risk juga turut diperhitungkan dalam melakukan penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan faktor-faktor eksternal didasarkan pada beberapa indikator makroekonomi. Penelitian ini menekankan pada analisis prediksi faktor-faktor penyebab probabilitas terjadinya kebangkrutan bank di Indonesia. Penelitian dilakukan terhadap 13 bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2000 hingga tahun 2007 dengan menggunakan analisis regresi logistik metode backward stepwise (conditional). Variabel yang digunakan terdiri dari CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, harga saham, indeks harga saham gabungan, tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan money supply. Model yang dikembangkan terbagi menjadi dua metode yaitu metode tidak langsung dan metode langsung. Dalam metode tidak langsung, variabel harga saham dimasukkan ke dalam persamaan regresi logistik sebagai pengukur sensitivitas perbankan terhadap indikator makro ekonomi. Sementara pada metode langsung, sensitivitas bank terhadap indeks harga saham gabungan, tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI dan money supply dimasukkan secara langsung kedalam persamaan regresi logistik sebagai pengukur terhadap pengaruh indikator makro ekonomi. Sensitivitas tersebut diperoleh dari hasil regresi antara variabel makro ekonomi tersebut terhadap harga saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model yang diusulkan baik model dengan metode tidak langsung maupun metode langsung merupakan model yang layak dan sesuai dengan observasi.Variabel yang berpengaruh signifikan terhadap probabilitas terjadinya kebangkrutan pada kedua metode tersebut adalah variabel BOPO (signifikan pada taraf 5 persen). Pada metode langsung, variabel sensitivitas bank terhadap tingkat suku bunga SBI signifikan dalam mempengaruhi probabilitas terjadinya kebangkrutan bank pada taraf 5 persen.