digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2010 TS PP IRPAN 1- COVER.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- BAB 1.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- BAB 2.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- BAB 3.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- BAB 4A.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- BAB 4B.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- BAB 4C.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- BAB 4D.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- BAB 4E.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- BAB 5.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

2010 TS PP IRPAN 1- PUSTAKA.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

Pembangunan bendungan mempunyai manfaat dan potensi bahaya yang sangat besar bagi manusia. Manfaat yang dapat diterima dari pembangunan bendungan misalnya untuk supply air, hydropower, pengendalian banjir dan lain-lain. Potensi bahaya yang sangat besar dapat terjadi bila suatu bendungan mengalami keruntuhan yang dapat mengakibatkan bencana yang sangat besar di daerah hilir, misalnya bencana banjir. Kasus bencana banjir di hilir bendungan akibat kegagalan bendungan/dam break memiliki beberapa hal menarik yang perlu ditelaah lebih lanjut karena berhubungan dengan nyawa manusia dan infrastruktur yang mendukung kehidupan manusia. Arah aliran yang terjadi tidak lagi sepenuhnya bergantung pada kondisi topografi lahan, karena adanya bangunan-bangunan yang menghalangi arah aliran. Aliran yang terjadi berubah arah karena membentur bangunan. Pengembangan model numerik ini bertujuan untuk mengetahui propagasi/rambatan aliran 2-dimensi diantara bangunan akibat dam break. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan persamaan pengatur St. Venant 2 Dimensi yang diselesaikan dengan metode beda hingga Mac Cormack. Faktorfaktor yang mempengaruhi aliran adalah penutup lahan dan kemiringan lahan/kontur. Aliran permukaan yang terjadi disebabkan oleh debit akibat dam break. Bangunan yang berada dihilir bendungan dimodelkan sebagai dinding impervious wall dimana nilai kecepatan arah tegak lurus dinding sama dengan nol atau dapat juga dimodelkan sebagai kontur (elevasi bangunan) dan memberikan nilai kekasaran manning tertentu. Kekasaran saluran/flume ataupun bangunan diberikan nilai koefisien manning tertentu. Kondisi kering basah pada model diberikan dengan menetapkan kedalaman minimum aliran. Pemodelan dilakukan dengan beberapa konfigurasi bentuk dan posisi bangunan yang berbeda dengan menggunakan debit tetap. Dari model ini dihasilkan profil aliran sebagai fungsi dari kecepatan, tinggi muka air dan arah aliran.