digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

1991_TS_PP_YANTO_1.pdf
PUBLIC Ena Sukmana

Agar dapat diperoleh gambaran mengenai seberapa jauh perkembangan (prediksi) pengusahaan sumberdaya mineral golongan C di. Jawa Barat dalam rangka pemasokan terhadap kebutuhan yang meningkat pesat akan bahan galian golongan C pada tahun 2000, maka dilakukan penelitian/studi dengan menggunakan pisau analisis (metode): (1) analisis Input-Output (I-O) Regional Jawa Barat tahun 1988; dan (2) analisis ekonometri, utamanya analisis trend dan analisis regresi, dalam rangka perumusan kebijaksanaan. Gambaran tersebut akan dipakai untuk menyusun "perumusan kebijaksanaan pengembangan sub-sektor pertambangan golongan C di Jawa Barat". Hasil penelitian dengan menggunakan kedua metode tersebut adalah; pertama, sesuai dengan keterkaitan antar-sektor sumberdaya mineral golongan C dengan sektor-sektor lain, maka untuk transaksi antara industri pertambangan golongan C dengan industri semen terjadi transaksi neto yang menguntungkan industri tambang; kedua, ternyata analisis IO dapat dipergunakan untuk menyusun perumusan kebijaksanaan industri pertambangan golongan C, dengan melihat multiplier-nya. Dalam hal multiplier ini, perumusan kebijaksanaan ekonomi ditekankan pada segi produksi, sektor yang memberikan angka output multiplier yang besar yang dipilih dalam pengembangannya. Dari segi keuntungan usaha, sektor yang menunjukkan angka surplus multiplier terbesar yang dipilih. Dari segi lapangan kerja, apabila ditekankan pada penyerapan tenaga kerja, maka sektor dengan employment multiplier terbesar yang dipilih. Analisis ekonometri, dilakukan berdasar data series (data historis) pengusahaan pertambangan golongan C dengan PDRB dan jumlah penduduk Jawa Barat. Pada tahun 2000 dapat diprediksi produksi sumberdaya mineral golongan C baik untuk pasokan industri konstruksi maupun untuk industri manufaktur, yaitu: untuk bahan baku industri konstruksi = 24.523.008 M³, dan untuk bahan baku industri manufaktur = 26.566.592 M³. Penggunaan bahan galian golongan C rata-rata pertahun untuk industri & konstruksi kurun 1991-2000 berjumlah 19.799.748 M³ dan untuk industri manufaktur berjumlah 21.449.727 M³. - Ketersediaan sumberdaya mineral golongan C untuk bahan baku industri konstruksi = 1.281. 950,000 M³, dan bahan baku industri manufaktur = 1.345.997.000 M³, dengan angka banding cadanganproduksi masing-masing 64 tahun dan 62 tahun. Berdasarkan hal tersebut dan berdasarkan keterkaitan lintas sektoral, maka perumusan kebijaksanaan ditekankan pada keterkaitan mikro-sektoral yang meliputi: penyediaan sumberdaya mineral golongan C (eksplorasi), lapangan kerja, kesempatan berusaha, kemungkinan ekspor dan keterkaitan makro-spatial yang meliputi: tata ruang, lingkungan hidup, transformasi struktural pada pasca pertambangan, dan pengembangan wilayah.