digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

2009 TS PP GUMILAR 1-COVER.pdf

File tidak tersedia

2009 TS PP GUMILAR 1-BAB 1.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP GUMILAR 1-BAB 2.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP GUMILAR 1-BAB 3.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP GUMILAR 1-BAB 4.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP GUMILAR 1-BAB 5.pdf
File tidak tersedia

2009 TS PP GUMILAR 1-PUSTAKA.pdf
File tidak tersedia

Industri kreatif sebagai pembentuk ekonomi kreatif yang telah dirumuskan oleh Pemerintah Indonesia tahun 2008, merupakan topik yang menarik untuk dibahas. Bahkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menempatkan ekonomi kreatif sebagai salah satu program strategis dalam pembangunan ekonominya, dengan menempatkan manusia sebagai titik sentral pembangunan industri. Menanggapi wacana tersebut, sebagai salah satu sentra industri kreatif kelompok kerajinan di Jawa Barat, Jatinangor mempunyai peluang untuk pengembangan kawasan yang berdasarkan kreativitas. Peluang industri kreatif kerajinan di kawasan Jatinangor dalam upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) perlu diteliti lebih dalam. Pengembangan suatu daerah perlu memahami potensi diri, siapa saja aktor yang berperan didalamnya serta apa saja hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh aktor dalam perkembangan industri kreatif kerajinan saat ini. Untuk menjawab permasalahan tersebut, tesis difokuskan pada mekanisme kerja industri kreatif, diantaranya proses produksi serta proses kreatifnya, kemudian siapa saja aktor yang terlibat di dalamnya dan bagaimana peran aktor dalam mendukung perkembangan industri kreatif. Tesis ini menyimpulkan bahwa dalam mekanisme kerja terdapat karakteristik industri kreatif kerajinan di Jatinangor, yaitu proses produksinya berdasarkan contoh dari pemesan, tidak ada produk baru yang menjadi identitas kawasan. Identitas kawasan yang muncul yaitu dalam bentuk keterampilan/keahlian yang dimiliki oleh para pengrajin (skill). Tidak ada nilai tambah (value added) bagi pengrajin karena pemasaran didominasi oleh distributor. Selain itu, upaya pengembangan SDM belum dilakukan secara berkala, masih tergantung dari minat calon pengrajin. Namun, proses pembelajaran yang dilakukan dengan cara merekrut pekerja dari masyarakat merupakan peran yang kelas kreatif terhadap pengembangan SDM yang dapat menimbulkan efek pengganda (multiplier effect) terhadap sektor lain yaitu berupa penyediaan lapangan pekerjaan.