Penelitian ini membahas tentang studi perilaku perkuatan soil nailing pada proyek
Jalan Lingkar Timur Kuningan menggunakan metode elemen hingga dua dimensi.
Soil nailing dimodelkan dengan model geogrid, anchored dan embedded beam row
(EBR) dengan variasi kombinasi kemiringan 10, 15 dan 20 derajat ke arah bawah
bidang horizontal dan diameter 10, 15, dan 20 cm dengan jarak antara pusat ke pusat
soil nailing ke arah horizontal sebesar 1, 1.5 dan 2 m. Konstruksi galian dilakukan
secara bertahap dan bertangga sebanyak tiga trap di mana trap pertama dibuat
setinggi 10 m dengan kemiringan 1H:2.5V, trap kedua dan ketiga masing-masing
setinggi 7.5 m dengan kemiringan 1H:5V.
Model geogrid biasa digunakan untuk analisis perkuatan tanah dengan geotextile
dengan panjang menerus ke dalam bidang dan hanya memiliki kekakuan aksial
tarik. Sedangkan model node to node anchored dapat mereflesikan efek tiga
dimensi dengan jarak antar soil nailing arah horizontal tepat digunakan untuk
pendekatan pada perkuatan soil nailing, karena hanya dapat mengeluarkan gaya
tarik dan deformasi serta memiliki mekanisme keruntuhan yang sama seperti soil
nailing. Model EBR dapat digunakan soil nailing karena model ini memasukan efek
tiga dimensi ke dalam analisis dua dimensi termasuk dapat memodelkan
mekanisme keruntuhan lentur dan geser yang terjadi pada soil nailing. Di dalam
penelitian ini ditemukan bahwa momen yang terjadi pada model EBR terhadap
kombinasi variasi diameter tidak signifikan perubahannya. Ditemukan juga bahwa
jarak horizontal dan diameter soil nailing pada model geogrid dan anchored tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap faktor keamanan kestabilan lereng
global berbeda dengan model EBR.
Semakin besar kemiringan soil nailing pada model geogrid, anchored, dan EBR
maka faktor keamanan meningkat dengan perbedaan 4% hingga 6%. Diameter dan
dan jarak nail berbanding lurus dengan besarnya gaya tarik, sedangkan kemiringan
nail berbanding terbalik dengan besarnya gaya tarik.
Perpustakaan Digital ITB