Penelitian ini mengkaji mekanisme migrasi gas metana pada zona rekah di sekitar
goaf tambang batubara bawah tanah pascatambang menggunakan pendekatan
laboratorium dan simulasi numerik berbasis Computational Fluid Dynamics
(CFD). Tiga litologi utama—batupasir halus, batupasir kasar, dan batulempung—
direkahkan secara terkontrol melalui uji penekanan uniaksial (UCS) dan diuji aliran
gas metana dengan sistem ACMS-CH? berbasis Internet of Things (IoT). Hasil
pengukuran digunakan untuk menghitung koefisien difusi dan permeabilitas
melalui pendekatan semi-kuantitatif dan hukum Darcy.
Hasil menunjukkan bahwa batulempung memiliki akumulasi gas tertinggi (5440
ppm) dan waktu puncak terlama (10500 detik), mencerminkan karakter adsorptif
dan struktur mikropori yang menghambat difusi. Batupasir halus menunjukkan
efisiensi difusi tertinggi (D hingga 2,5×10?¹¹ m²/s), sementara batupasir kasar
memperlihatkan korelasi kuat antara permeabilitas dan difusi (R² = 0,95),
menunjukkan peran dominan dari rekahan makro. Simulasi CFD dengan ANSYS
Fluent berhasil merekonstruksi pola sebaran spasial fraksi metana, dengan
akumulasi dominan di zona rekah bawah dan arah aliran horizontal. Kombinasi data
eksperimen dan simulasi menunjukkan bahwa setiap litologi memiliki peran
berbeda dalam pengendalian distribusi dan risiko akumulasi metana pascatambang.
Perpustakaan Digital ITB