Fenomena emisi CO2 dunia terkait energi mengalami peningkatan signifikan dan
mencapai rekor tertinggi pada tahun 2021. Hal ini didukung oleh analisis regional
dan bahan bakar yang terperinci dari International Energy Agency (IEA),
menggunakan data nasional resmi terbaru serta data energi, ekonomi, dan cuaca
yang tersedia untuk umum.Indonesia, sebagai negara dengan populasi lebih dari
270 juta penduduk, memiliki tantangan dalam memenuhi kebutuhan energi yang
terus meningkat. Pasokan energi primer di Indonesia didominasi oleh minyak, gas,
dan batu bara, yang menyumbang sekitar 85,6% pada tahun 2020. Kebijakan Energi
Nasional (KEN) 2014 menetapkan target untuk meningkatkan bagian terbarukan
dalam total pasokan energi primer menjadi setidaknya 23% pada tahun 2025 dan
setidaknya 31% pada tahun 2050. Dalam analisis ini, digunakan model LEAP untuk
mengoptimalkan permintaan energi end-use, parameter teknis, parameter ekonomi,
dan parameter penduduk. Output dari model ini memberikan perkiraan permintaan
energi dan komposisi campuran pembangkitan listrik yang kemudian digunakan
sebagai data input untuk simulasi optimasi menggunakan PyPSA.Konsumsi listrik
terbesar terjadi di region Jamali dengan jumlah 15,424 TWh di tahun 2060, diikuti
oleh Sumatera dengan 175,06 TWh dan Kalimantan dengan 49,77 TWh. Selain itu,
diperoleh konsumsi listrik per kapita di Indonesia diperkirakan meningkat dari
1109,55 KWh pada tahun 2021 menjadi 3657,38 KWh pada tahun 2045 dan
4892,91 KWh pada tahun 2060. Nilai LCOE rata-rata pada skenario 0 dan 0' adalah
80,986 (USD/kWh) dan 112,308 (USD/kWh) secara berurutan. Sedangkan pada
skenario 1 dan 1', LCOE rata-ratanya adalah 747,235 (USD/kWh) dan 843,459
(USD/kWh). LCOE rata-rata pada skenario 2, 3, 4, dan 5 memiliki nilai yang lebih
besar, yaitu 199,379,120 (USD/kWh), 199,349,728 (USD/kWh), 163,413,575
(USD/kWh), dan 40,573,707 (USD/kWh).
Perpustakaan Digital ITB