Swamedikasi merupakan praktik yang umum dilakukan oleh masyarakat Indonesia dan
keberhasilannya bergantung pada ketepatan informasi obat. Kini, Large Language Model (LLM),
salah satu penerapan kecerdasan buatan, semakin banyak dimanfaatkan untuk memperoleh
informasi kesehatan secara cepat. Namun, timbul kekhawatiran atas akurasi dan bias dari informasi
yang dihasilkan. Berangkat dari alasan tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
menganalisis potensi dari penggunaan Large Language Model (LLM) apabila dimanfaatkan sebagai
alat bantu penyedia informasi terkait swamedikasi. Penelitian ini menerapkan desain studi
observasional dengan pendekatan cross-sectional dan berupa studi pendahuluan. Penelitian
dilakukan dari Bulan Maret 2025 hingga Juni 2025 dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang
sama kepada Large Language Model (LLM) dan apoteker sebagai pembanding, kemudian jawaban
tersebut secara anonim diberikan kepada panel ahli untuk menilai kualitas konten informasinya dan
kepada masyarakat Indonesia untuk menilai kemampuan penyampaian informasinya. Hasilnya,
Large Language Model (LLM) menunjukkan kualitas yang cukup baik secara keseluruhan yang
berbeda signifikan secara statistik (p <0,05) dan memperoleh nilai median (IQR) yang stabil di
seluruh aspek dengan nilai tertinggi sebesar 5 (2,25) pada aspek relevansi. Kemampuan
penyampaian informasi oleh Large Language Model (LLM) secara keseluruhan memperoleh nilai
median (IQR) yang stabil di seluruh aspek, yaitu sebesar 6 (2) dan berbeda signifikan secara statistik
(p <0,05). Large Language Model (LLM) dinilai unggul dalam kualitas konten informasinya,
sedangkan kemampuan penyampaian informasinya lebih lemah dibandingkan apoteker.
Perpustakaan Digital ITB