digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800


BAB 1 Nurbaiti Melistia Akhmadi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Nurbaiti Melistia Akhmadi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Nurbaiti Melistia Akhmadi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Nurbaiti Melistia Akhmadi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 5 Nurbaiti Melistia Akhmadi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Nurbaiti Melistia Akhmadi
Terbatas  Resti Andriani
» Gedung UPT Perpustakaan

PT Berau Coal merupakan peruasahaan pertambangan batubara yang terletak di Berau, Kalimantan Timur. Metode penambangan yang digunakan adalah open pit yang erat kaitannya dengan penggalian dan penimbunan sehingga membentuk lereng tambang, dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan keselamatan maka dibutuhkan desain lereng tambang yang optimal. Optimalisasi penambangan dibutuhkan di PT Berau Coal untuk menambah produksi batubara, sehingga dilakukan penambangan diluar Life of Mine dengan dilakukan pemantauan lereng yang bersifat real time dan early warning system menggunakan pemantauan radar yaitu Slope Stability Radar (SSR). Sehingga dapat ditentukan karakteristik deformasi dari lereng yang mengalami ketidakstabilan, karena batuan sebelum longsor akan memberikan tanda seperti pergerakan dari grafik deformasi, velocity, dan invers velocity yang dapat dilihat dari SSR Viewer. Oleh karena itu, butuh dilakukan analisis perbedaan karakteristik dari longsor yang terjadi di dua pit yang berbeda sehingga dapat memudahkan dalam penanganan operasi penambangan sebelum maupun setelah longsor terjadi. Pada tugas akhir kali ini, penelitian dilakukan di Lowwall Pit 7 West Site Binungan 2 dan Pit C2 Site Sambarata dimana pada kedua lereng tersebut dipantau menggunakan SSR dan mengalami longsoran bidang, dengan aplikasi SSR Viewer dapat dilihat deformasi, velocity, maupun invers velocity dari masing-masing massa batuan sehingga didapatkan tren pergerakan dari masing-masing lereng lowwall. Tren pergerakan pada kedua lereng cenderung serupa yaitu linear – progressive – on set of failure – regressive – linear. Namun, terdapat perbedaan karakteristik dari kedua longsoran yang terjadi. Perbedaan yang terjadi pada kedua longsoran disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu intensitas hujan, geometri lereng, lapisan interlaminasi dan material properties dari bidang lemah.