digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Pengelolaan risiko yang efektif dalam industri layanan kereta api diperlukan untuk menjamin ketepatan waktu dan meminimalkan kecelakaan. Kondisi aset prasarana yang baik menjadi faktor kunci dalam mencegah gangguan operasional. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode dan interval pemeriksaan dan perawatan berbasis risiko pada Wilayah DAOP 2 Bandung lintas Cikampek – Rendeh dengan menggunakan metodologi Risk Based Inspection (RBI). Hasil analisis risiko terhadap kondisi awal, menunjukkan bahwa dari 164 potensi risiko yang diidentifikasi, 69 di antaranya memiliki nilai risiko tinggi dan memerlukan evaluasi dan mitigasi lebih lanjut melalaui strategi perawatan dan pemeriksaan yang efektif dan efisien. Strategi pemeriksaan yang diusulkan meliputi penggantian Petugas Pemeriksa Jalur (PPJ) setiap 12 jam, pemeriksaan dengan Kendaraan Pemeriksa Jalur (KPJ) setiap 12 jam, serta locomotive ride (lokrit) setiap 7 hari. Pendekatan ini mengoptimalkan kebutuhan tenaga kerja sambil tetap memastikan keselamatan perjalanan kereta api. Rencana pemeriksaan dan perawatan disusun berdasarkan hasil evaluasi risiko terhadap enam potensi kerusakan pada komponen rel, geometri pada lengkung, wesel, penambat, mud pumping, serta sambungan rel. Interval pemeriksaan dan perawatan ditetapkan berbeda sesuai tingkat risiko masing-masing komponen, dengan pendekatan inspeksi dan perawatan yang dipisah untuk meningkatkan efisiensi. Interval perawatan ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan, dengan beberapa komponen hanya memerlukan tindakan korektif jika ditemukan kerusakan. Penerapan interval pemeriksaan dan perawatan usulan meningkatkan keandalan rata-rata pemeriksaan sebesar 59,66% dan perawatan sebesar 26,35%. Selain itu, strategi ini berpotensi meningkatkan Mean Time Between Failures (MTBF) komponen jalan rel dari 1953 menjadi 1901. Di lain pihak, rekomendasi perubahan pola inspeksi ini berpotensi menurunkan biaya total pemeriksaan dan perawatan dari Rp. 924.301.298 menjadi Rp. 842.282.430 per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa strategi berbasis risiko yang diusulkan tidak hanya meningkatkan keandalan sistem perkeretaapian, tetapi juga menghasilkan efisiensi biaya dalam pemeliharaan jalan rel.