Kerusakan fisik bangunan sekolah negeri masih menjadi tantangan signifikan
dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya di Jawa
Barat. Kondisi ini secara langsung mempengaruhi kenyamanan serta efektivitas
proses belajar mengajar dan menghambat pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Keterbatasan anggaran rehabilitasi menuntut adanya mekanisme alokasi dana yang
objektif dan efisien. Sebagian besar penelitian terdahulu lebih menitikberatkan pada
aspek kerusakan struktural atau perhitungan biaya, tanpa mempertimbangkan
dimensi kebermanfaatan fungsional yang sangat penting untuk mengoptimalkan
lingkungan belajar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan
metode pengambilan keputusan berbasis prinsip kebermanfaatan fungsional, guna
memastikan bahwa investasi dalam rehabilitasi memberikan dampak maksimal
pada fungsi utama bangunan sekolah.
Penelitian ini mengembangkan model pengambilan keputusan yang objektif,
sistematis, dan berbasis multikriteria untuk menentukan prioritas alokasi dana
rehabilitasi bangunan sekolah negeri. Model ini mengintegrasikan berbagai faktor
penilaian, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain persepsi kelaikan,
kondisi kerusakan, estimasi biaya rehabilitasi, dan bobot kebermanfaatan dengan
menggunakan metode fuzzy AHP. Hasil setiap analisis adalah bentuk perangkingan
yang kemudian dibandingkan dengan persepsi kelaikan. Pada tahap awal, penelitian
ini menggunakan analisis AHP-SAW untuk menentukan lokasi survei prioritas.
Hasil yang diharapkan adalah terciptanya model komprehensif yang dapat menjadi
panduan bagi pihak terkait dalam pengelolaan aset pendidikan, terutama dalam
penentuan prioritas alokasi dana rehabilitasi sekolah.
Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui survei
lapangan. Survei dilakukan pada 44 sekolah negeri di jenjang SD, SMP, SMA, dan
SMK yang tersebar di Jawa Barat, dengan pengumpulan data melalui wawancara
langsung kepada pihak pengelola bangunan sekolah dan pendokumentasian
terhadap kondisi bangunan sekolah. Data yang terkumpul kemudian dianalisis
untuk memperoleh analisis persepsi kelaikan bangunan, tingkat kerusakan, biaya
rehabilitasi, serta prioritas berdasarkan kebermanfaatan fungsional setiap ruang.
Prioritisasi berdasarkan kebermanfaatan fungsional dilakukan dengan
menggunakan metode fuzzy AHP, yang dapat mengakomodasi ketidakpastian
dalam penilaian kriteria. Selanjutnya, untuk memvalidasi model, hasil
perangkingan diuji korelasinya menggunakan analisis korelasi Spearman Rho dan
uji validitas.
Temuan kunci penelitian ini menunjukkan bahwa model prioritisasi alokasi dana
rehabilitasi berbasis kebermanfaatan fungsional memiliki korelasi positif dan
signifikan dengan persepsi kelaikan bangunan sekolah, yang menunjukkan bahwa
prioritas yang ditentukan model berkorelasi dengan persepsi pengguna terhadap
kondisi fungsional fasilitas. Model ini berhasil mengintegrasikan berbagai kriteria
objektif, menghasilkan peringkat prioritas yang lebih akurat dan relevan. Berbeda
dengan beberapa studi sebelumnya yang lebih fokus pada aspek teknis kerusakan
atau biaya, penelitian ini menekankan pentingnya dimensi kebermanfaatan
fungsional yang sering terabaikan. Pendekatan integrasi fuzzy AHP dengan
kebermanfaatan fungsional dalam konteks rehabilitasi sekolah negeri adalah
inovasi baru. Validasi dengan analisis korelasi antara hasil analisis dan persepsi
kelaikan juga memberikan perspektif baru dalam menguji keberterimaan model.
Model evaluasi berbasis fuzzy AHP berhasil mengintegrasikan aspek subjektif dan
objektif dalam proses pengambilan keputusan multikriteria secara komperhensif.
Hal ini dibuktikan dengan hubungan korelasi positif dan signifikan antara model
berbasis fuzzy dengan analisis persepsi kelaikan. Sedangkan korelasi antara
persepsi kelaikan dengan persentase kerusakan bangunan ditemukan berkorelasi
namun tidak signifikan, yang menunjukkan bahwa persepsi tidak selalu berkorelasi
dengan kondisi fisik bangunan secara eksplisit. Selain itu, penelitian ini juga
menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi kelaikan dan perkiraan biaya
rehabilitasi menunjukkan korelasi yang negatif dan tidak signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa biaya yang lebih tinggi cenderung dikaitkan dengan persepsi
kelaikan yang lebih rendah. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini
berhasil menggabungkan penilaian persepsi kelaikan yang sifatnya subjektif
dengan evaluasi teknis yang bersifat objektif sehingga menciptakan kerangka kerja
pengambilan keputusan yang lebih holistik dan akurat untuk menunjukkan prioritas
alokasi dana rehabilitasi bangunan sekolah negeri. Secara praktis, model ini dapat
menjadi panduan atau alat bantu strategis bagi pihak terkait dalam menyusun
perencanaan dan alokasi anggaran rehabilitasi secara lebih efektif, efisien, dan tepat
sasaran, dengan mengoptimalkan penggunaan dana dan data yang terbatas.