digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Kerusakan fisik bangunan sekolah negeri masih menjadi tantangan signifikan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya di Jawa Barat. Kondisi ini secara langsung mempengaruhi kenyamanan serta efektivitas proses belajar mengajar dan menghambat pencapaian tujuan pendidikan nasional. Keterbatasan anggaran rehabilitasi menuntut adanya mekanisme alokasi dana yang objektif dan efisien. Sebagian besar penelitian terdahulu lebih menitikberatkan pada aspek kerusakan struktural atau perhitungan biaya, tanpa mempertimbangkan dimensi kebermanfaatan fungsional yang sangat penting untuk mengoptimalkan lingkungan belajar. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode pengambilan keputusan berbasis prinsip kebermanfaatan fungsional, guna memastikan bahwa investasi dalam rehabilitasi memberikan dampak maksimal pada fungsi utama bangunan sekolah. Penelitian ini mengembangkan model pengambilan keputusan yang objektif, sistematis, dan berbasis multikriteria untuk menentukan prioritas alokasi dana rehabilitasi bangunan sekolah negeri. Model ini mengintegrasikan berbagai faktor penilaian, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain persepsi kelaikan, kondisi kerusakan, estimasi biaya rehabilitasi, dan bobot kebermanfaatan dengan menggunakan metode fuzzy AHP. Hasil setiap analisis adalah bentuk perangkingan yang kemudian dibandingkan dengan persepsi kelaikan. Pada tahap awal, penelitian ini menggunakan analisis AHP-SAW untuk menentukan lokasi survei prioritas. Hasil yang diharapkan adalah terciptanya model komprehensif yang dapat menjadi panduan bagi pihak terkait dalam pengelolaan aset pendidikan, terutama dalam penentuan prioritas alokasi dana rehabilitasi sekolah. Tahap awal penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui survei lapangan. Survei dilakukan pada 44 sekolah negeri di jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK yang tersebar di Jawa Barat, dengan pengumpulan data melalui wawancara langsung kepada pihak pengelola bangunan sekolah dan pendokumentasian terhadap kondisi bangunan sekolah. Data yang terkumpul kemudian dianalisis untuk memperoleh analisis persepsi kelaikan bangunan, tingkat kerusakan, biaya rehabilitasi, serta prioritas berdasarkan kebermanfaatan fungsional setiap ruang. Prioritisasi berdasarkan kebermanfaatan fungsional dilakukan dengan menggunakan metode fuzzy AHP, yang dapat mengakomodasi ketidakpastian dalam penilaian kriteria. Selanjutnya, untuk memvalidasi model, hasil perangkingan diuji korelasinya menggunakan analisis korelasi Spearman Rho dan uji validitas. Temuan kunci penelitian ini menunjukkan bahwa model prioritisasi alokasi dana rehabilitasi berbasis kebermanfaatan fungsional memiliki korelasi positif dan signifikan dengan persepsi kelaikan bangunan sekolah, yang menunjukkan bahwa prioritas yang ditentukan model berkorelasi dengan persepsi pengguna terhadap kondisi fungsional fasilitas. Model ini berhasil mengintegrasikan berbagai kriteria objektif, menghasilkan peringkat prioritas yang lebih akurat dan relevan. Berbeda dengan beberapa studi sebelumnya yang lebih fokus pada aspek teknis kerusakan atau biaya, penelitian ini menekankan pentingnya dimensi kebermanfaatan fungsional yang sering terabaikan. Pendekatan integrasi fuzzy AHP dengan kebermanfaatan fungsional dalam konteks rehabilitasi sekolah negeri adalah inovasi baru. Validasi dengan analisis korelasi antara hasil analisis dan persepsi kelaikan juga memberikan perspektif baru dalam menguji keberterimaan model. Model evaluasi berbasis fuzzy AHP berhasil mengintegrasikan aspek subjektif dan objektif dalam proses pengambilan keputusan multikriteria secara komperhensif. Hal ini dibuktikan dengan hubungan korelasi positif dan signifikan antara model berbasis fuzzy dengan analisis persepsi kelaikan. Sedangkan korelasi antara persepsi kelaikan dengan persentase kerusakan bangunan ditemukan berkorelasi namun tidak signifikan, yang menunjukkan bahwa persepsi tidak selalu berkorelasi dengan kondisi fisik bangunan secara eksplisit. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi kelaikan dan perkiraan biaya rehabilitasi menunjukkan korelasi yang negatif dan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa biaya yang lebih tinggi cenderung dikaitkan dengan persepsi kelaikan yang lebih rendah. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini berhasil menggabungkan penilaian persepsi kelaikan yang sifatnya subjektif dengan evaluasi teknis yang bersifat objektif sehingga menciptakan kerangka kerja pengambilan keputusan yang lebih holistik dan akurat untuk menunjukkan prioritas alokasi dana rehabilitasi bangunan sekolah negeri. Secara praktis, model ini dapat menjadi panduan atau alat bantu strategis bagi pihak terkait dalam menyusun perencanaan dan alokasi anggaran rehabilitasi secara lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran, dengan mengoptimalkan penggunaan dana dan data yang terbatas.