digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Faishal Afif
Terbatas Irwan Sofiyan
» ITB

COVER Faishal Afif
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 1 Faishal Afif
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 2 Faishal Afif
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 3 Faishal Afif
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

BAB 4 Faishal Afif
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

PUSTAKA Faishal Afif
Terbatas  Irwan Sofiyan
» Gedung UPT Perpustakaan

Fenomena Pulau Panas Permukaan Perkotaan atau Surface Urban Heat Island (SUHI) menunjuk pada modifikasi suatu iklim lokal yang berkaitan dengan proses urbanisasi di suatu area. Permukaan yang pada awalnya bersifat alami digantikan dengan yang bersifat buatan manusia. Parameter utama yang menjadi dasar adanya fenomena ini, tentu adalah suhu atau disebut juga Land Surface Temperature (LST). Nilai akurat dari LST dapat diperoleh jika emisivitas permukaan terkarakterisasi secara baik, di mana kedua parameter saling terhubung dengan persamaan perpindahan radiatif. Variasi sebesar 0,01 di emisivitas akan menambah galat sebesar 0,5 oC pada temperatur. Bandung sebagai salah satu kota yang berkembang dengan pesat seiring waktu tentu akan mencapai fenomena SUHI ini. Penginderaan jauh menggunakan citra Advanced Spaceborne Thermal Emission and Reflection Radiometer (ASTER) dapat digunakan untuk melihat distribusi emisivitas yang diperoleh dari perhitungan indeks vegetasi, salah satunya yaitu Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). NDVI dapat dijadikan acuan sebagai nilai proporsi vegetasi atau kerapatannya. Dari penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, proporsi vegetasi dapat diturunkan menjadi nilai emisivitas dengan suatu bentuk algoritma linier. Selain mengolah data citra ASTER, data tutupan lahan juga dijadikan sebagai acuan nilai emisivitas. Jenis tutupan lahan di tahun 2015 dan 2018 akan mengalami perubahan sebagaimana manusia akan melakukan alih fungsi lahan menjadi pemukiman atau kawasan terbangun. Selanjutnya nilai emisivitas di 2 epok tahun dapat digabungkan dengan data tutupan lahan di epok tahun yang sama. Nilai emisivitas vegetasi rapat seperti hutan akan memiliki nilai emisivitas yang tinggi di angka lebih dari 0,983, kemudian untuk vegetasi sedang seperti kebun, ladang, sawah, dan semak di angka 0,980 hingga 0,983, sedangkan untuk badan air di angka 0,978 dan pemukiman di angka 0,977. Tiap tutupan lahan dengan hasil tersebut digunakan untuk identifikasi fenomena SUHI pada area rural, sub-urban, maupun urban pada penampang melintang sebagai sampel area.