Kestabilan lereng merupakan kriteria umum yang digunakan dalam evaluasi bencana
tanah longsor. Dalam mempelajari kestabilan lereng, struktrur internal dan parameter
geoteknik merupakan pra-syarat dalam analisis kestabilan lereng. Banyak peneliti telah
menggunakan kombinasi pengukuran geolistrik dan geoteknik dalam analisis
kestabilan lereng dan memperoleh hasil yang memuaskan. Akan tetapi, hasil yang
diperoleh hanya dapat dijelaskan secara kualitatif tanpa adanya suatu korelasi
kuantitatif. Dengan terbentuknya suatu korelasi unik antara data resistivitas listrik dan
parameter geoteknik, maka kekuatan batuan dapat diestimasi dari data resistivitas
listrik tanpa perlu melakukan pengambilan contoh batuan. Pada penelitian ini, korelasi
antara data resistivitas listrik dan parameter geoteknik digunakan untuk mempelajari
kestabilan lereng di kecamatan Padalarang, Jawa Barat.
Metode geolistrik yang terdiri dari 3 titik Vertical Electrical Sounding (VES) dan 4
lintasan Electrical Resistivity Tomography (ERT) dan metode geoteknik yang meliputi
4 pemboran geoteknik beserta Standard Penetration Test (SPT) dan pengukuran
laboratorium telah dilakukan di daerah ini. Pengolahan data geolistrik menggunakan
teknik inversi untuk memperoleh distribusi resistivitas bawah permukaan. Hasil
pemboran geoteknik digunakan untuk interpretasi hasil resistivitas bawah permukaan.
Pemboran geoteknik memperlihatkan ada 3 jenis litologi yaitu silty clay, gravelly clay,
dan andesite breccia. Korelasi antara resistivitas dengan SPT dan parameter seperti
massa jenis, kohesi, dan sudut geser dalam telah dilakukan. Tidak ada korelasi
kuantitatif antara SPT dan resistivitas formasi hasil ekstraksi ERT. Material silty clay
menunjukkan koefiesen korelasi sebesar 0.4441, 0.9546, dan 0.34 masing masing
diperoleh antara resistivitas terhadap massa jenis, kohesi, dan sudut geser dalam; yang
artinya parameter massa jenis dan kohesi dapat diestimasi dari data resistivitas listrik.
Model geoteknik yang akurat dibuat dari integrasi hasil ERT dan geoteknik. Model ini
dibuat untuk lintasan A-A’ dan B-B’ dengan batas formasi yang terdefinisi dengan baik
yang digunakan untuk mempelajari analisis kestabilan lereng. Tiga skenario dibuatii
dengan memvariasikan parameter geoteknik silty clay digunakan dalam penelitian ini
yaitu pertama menggunakan parameter rata-rata dari pemboran, kedua menggunakan
parameter dimana pemboran terdapat pada lintasan, dan ketiga menggunakan
persamaan korelasi yang diperoleh untuk dikonversi menjadi parameter geotekniknya.
Berdasarkan skenario yang telah dilakukan, korelasi antara data resistivitas listrik dan
data geoteknik dapat digunakan untuk membantu dalam estimasi secara kasar analisis
kestabilan lereng berdasarkan pengukuran geolistrik.
Perpustakaan Digital ITB