Harga batubara tetap fluktuatif sejak pandemi dan diperkirakan akan tetap tidak stabil. Perubahan iklim telah mendorong komitmen global terhadap Net Zero Emissions (NZE) dengan mekanisme Carbon Pricing. Kebijakan ini mendorong inovasi dan transisi energi, tetapi implementasinya menghadapi tantangan regulasi, biaya tinggi, dan daya saing ekonomi.
Studi ini mengevaluasi kelayakan ekonomi tambang batubara Pasopati Selatan menggunakan metode Discounted Cash Flow (DCF) dan Real Options Valuation (ROV), dengan mempertimbangkan volatilitas harga batubara dan kebijakan NZE. Ini menganalisis tiga skenario berdasarkan rantai batubara dan rute logistik serta penetapan harga karbon. Skenario Dasar layak dengan NPV sebesar USD 7,10 juta, IRR 54%, dan periode pengembalian tiga tahun. Namun, skenario penetapan harga karbon menghasilkan NPV terendah sebesar USD 1,32 juta, menyoroti dampak finansial dari kebijakan penetapan harga karbon terhadap kelangsungan proyek.
Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa harga batubara dan biaya operasional berdampak signifikan pada penilaian proyek. Metode ROV, menggunakan Monte Carlo Simulation (MCS) dan model Binomial Lattice (BLM), menghargai fleksibilitas manajerial sebesar USD 0,95 juta, meningkatkan Extended NPV (ENPV) proyek menjadi USD 8,05 juta. Hal ini menyoroti perlunya fleksibilitas dalam mengelola ketidakpastian harga batubara dan kebijakan karbon. Studi ini merekomendasikan mitigasi risiko melalui efisiensi operasional, kontrak harga tetap, dan evaluasi pasar berkelanjutan untuk meningkatkan ketahanan proyek.
Perpustakaan Digital ITB