digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

ABSTRAK Nazal Rhinta Hawari
Terbatas  Devi Septia Nurul
» Gedung UPT Perpustakaan

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan adanya potensi gempa megathrust di Pulau Sumatra akibat kegagalan di Segmen Mentawai-Siberut. Segmen ini telah mengalami seismic gap sejak Gempa Mentawai Mw 8,6 1797. Salah satu kejadian terkini yang merepresentasikan bentuk pelepasan energi secara parsial adalah Gempa Mentawai Mw 7,0 2023 dengan episentrum pada koordinat 0,95 ° LS dan 98,36 ° BT serta kedalaman fokus 23 km. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi model sumber Gempa Mentawai Mw 7,0 2023 melalui inversi Bayesian data seismik dan formulasi semi-empiris. Data seismik diperoleh dari enam stasiun regional yang tergabung dalam jaringan GE (GEOFON), MY (MALAYSIA), dan TM (THAILAND). Hasil inversi menunjukkan bahwa gempa ini memiliki kedalaman fokus 21 km dan magnitudo momen Mw 7,0 dengan bidang sesar utama yang berorientasi strike 324 ° , dip 21 ° , dan rake 106 ° (sesar naik). Sementara itu, hasil formulasi semi-empiris menunjukkan bahwa bidang sesar memiliki panjang 39 km, lebar 19,5 km, dan slip rata-rata 128 cm. Parameter sumber gempa tersebut selanjutnya digunakan untuk membuat model distribusi slip kinematik dengan pendekatan pseudo dynamic ii rupture. Hasil menunjukkan adanya variasi slip pada bidang sesar, sekitar 40 – 50 cm di tepi dan 200 – 210 cm di tengah. Secara historis, Gempa Mw 7,0 2023 yang terjadi di Segmen Siberut diperkirakan melengkapi Gempa Mw 8,5 2007 yang terjadi di Segmen Pagai. Kedua gempa besar tersebut dipandang sebagi awal dari supersiklus Gempa Mentawai setelah abad ke-19. Pemetaan Peak Ground Acceleration (PGA) secara deterministik menunjukkan nilai maksimum >0,95g (skala IX MMI) di sekitar sumber gempa. Pulau Siberut dan Pulau Tanabala mengalami guncangan hebat akibat gempa ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya mitigasi bencana yang lebih intensif pada masa mendatang