Pulau Kalimantan merupakan wilayah yang menghadapi tantangan besar dalam
pengendalian emisi dari berbagai sektor, seperti industri, transportasi, residensial, dan
pertanian. Salah satu sumber emisi yang paling menonjol adalah kebakaran hutan dan
lahan (karhutla), yang kerap terjadi terutama pada musim kemarau. Penelitian ini
bertujuan untuk menginventarisasi emisi akibat karhutla di Kalimantan, menganalisis
potensi dampaknya terhadap wilayah reseptor, serta merumuskan strategi mitigasi jangka
pendek, menengah, dan panjang. Analisis media menunjukkan bahwa 58% dari 50
sampel berita pada tahun 2024 membahas karhutla, menandakan tingginya perhatian
publik terhadap isu ini. Hasil inventarisasi menunjukkan total emisi sebesar 3,21
kiloton/tahun NOx, 3,08 kiloton/tahun CO2, 1,15 kiloton/tahun SO2, 0,11 kiloton/tahun
PM2,5, dan 0,12 kiloton/tahun PM10, dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten
Kutai Timur sebagai wilayah dengan emisi tertinggi. Untuk meninjau potensi dampak
emisi terhadap reseptor, dilakukan pemodelan backward trajectory HYSPLIT. Hasil
pemodelan menunjukkan bahwa seluruh ibu kota provinsi di Kalimantan berpotensi
tinggi terpapar emisi, terutama pada musim kemarau. Strategi mitigasi yang diusulkan
mencakup respon darurat, restorasi lahan, penguatan kapasitas kelembagaan, serta transisi
dari metode pembakaran lahan.
Perpustakaan Digital ITB