digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Abstrak
PUBLIC Open In Flipbook Nugi Nugraha

Pulau Kalimantan merupakan wilayah yang menghadapi tantangan besar dalam pengendalian emisi dari berbagai sektor, seperti industri, transportasi, residensial, dan pertanian. Salah satu sumber emisi yang paling menonjol adalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang kerap terjadi terutama pada musim kemarau. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi emisi akibat karhutla di Kalimantan, menganalisis potensi dampaknya terhadap wilayah reseptor, serta merumuskan strategi mitigasi jangka pendek, menengah, dan panjang. Analisis media menunjukkan bahwa 58% dari 50 sampel berita pada tahun 2024 membahas karhutla, menandakan tingginya perhatian publik terhadap isu ini. Hasil inventarisasi menunjukkan total emisi sebesar 3,21 kiloton/tahun NOx, 3,08 kiloton/tahun CO2, 1,15 kiloton/tahun SO2, 0,11 kiloton/tahun PM2,5, dan 0,12 kiloton/tahun PM10, dengan Provinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Kutai Timur sebagai wilayah dengan emisi tertinggi. Untuk meninjau potensi dampak emisi terhadap reseptor, dilakukan pemodelan backward trajectory HYSPLIT. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa seluruh ibu kota provinsi di Kalimantan berpotensi tinggi terpapar emisi, terutama pada musim kemarau. Strategi mitigasi yang diusulkan mencakup respon darurat, restorasi lahan, penguatan kapasitas kelembagaan, serta transisi dari metode pembakaran lahan.