digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

COVER Indriyanti Novitasari
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 1 Indriyanti Novitasari
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 2 Indriyanti Novitasari
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 3 Indriyanti Novitasari
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 4 Indriyanti Novitasari
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

BAB 5 Indriyanti Novitasari
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

PUSTAKA Indriyanti Novitasari
PUBLIC Open In Flipbook Roosalina Vanina Viyazza

Pandemi COVID-19 menciptakan perubahan pada industri telekomunikasi di Indonesia. Selama pandemi, permintaan akan layanan digital meningkat karena masyarakat bergantung pada platform online untuk bekerja, belajar, dan aktivitas sehari-hari. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan bagi perusahaan telekomunikasi. Namun, setelah pandemi berakhir dan masyarakat kembali melakukan aktivitas fisik secara normal, pertumbuhan penjualan di industri telekomunikasi mulai menurun. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dampak COVID-19 terhadap kinerja keuangan industri telekomunikasi Indonesia, menganalisis kinerja masing-masing perusahaan, menilai risiko kebangkrutan, dan mengusulkan strategi untuk mengatasi tantangan tersebut. Untuk mencapai tujuan ini, digunakan metrik rasio keuangan seperti profitabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas. Uji statistik, termasuk uji t-berpasangan, uji Wilcoxon signed-rank, dan uji Kolmogorov-Smirnov, juga dilakukan untuk membandingkan kinerja keuangan industri telekomunikasi Indonesia sebelum dan setelah pandemi. Model Altman Z-Score juga digunakan untuk mengukur risiko kebangkrutan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dalam kinerja keuangan industri telekomunikasi Indonesia sebelum dan setelah pandemi dalam hal profitabilitas, yang diukur dengan ROA, ROE, dan NPM, mengalami peningkatan. Di antara perusahaan besar lainnya, PT Telkom Indonesia Tbk memimpin industri dengan kinerja keuangan yang kuat dan stabil, serta merupakan satu-satunya perusahaan yang diklasifikasikan dalam “zona aman” menurut Altman Z-Score. PT XL Axiata juga mempertahankan stabilitas, meskipun kinerjanya lebih rendah dibandingkan Telkom dan Indosat. PT Indosat Hutchison menunjukkan peningkatan selama periode tersebut, sebagian karena merger dengan Hutchison dan inisiatif seperti penjualan menara serta inovasi berkelanjutan yang membantu memperkuat posisinya di pasar. Di sisi lain, Smartfren menghadapi kesulitan signifikan, menunjukkan penurunan profitabilitas dan berada dalam kondisi keuangan yang berat