digilib@itb.ac.id +62 812 2508 8800

Sesar Intan Praptiwi [17021024]
Terbatas  Noor Pujiati.,S.Sos
» Gedung UPT Perpustakaan

Krisis ekologis yang terjadi saat ini merupakan gejala dari kegagalan sistemik dalam relasi antara manusia dan alam. Sistem yang dibangun atas nama kemajuan, seperti industrialisasi dan ekspansi ekonomi global, telah melegitimasi eksploitasi alam melalui kebijakan politik, instrumen hukum, dan kontrak pasar yang menempatkan manusia sebagai pusat tatanan ekologis (antroposentris). Konsekuensinya, hubungan manusia dan alam mengalami keterputusan secara etis dan eksistensial. Melalui pendekatan ekspresivisme, menjadi medium untuk mengartikulasikan emosi batin, ketidakberdayaan dan keberdosaan dari penulis serta menjadi seruan pentingnya kesadaran ekologis dalam kehidupan kontemporer. Dalam proses penciptaan karya, metafora api digunakan sebagai simbol konseptual yang merepresentasikan dualitas manusia sebagai agen pembangun sekaligus perusak. Sifat paradoksal api yang dapat memberi kehidupan sekaligus menghancurkannya menggambarkan kontradiksi inheren dalam peradaban manusia. Pendekatan ekspresivisme dipilih dalam proses penciptaan untuk menyalurkan intensitas emosi dan kehancuran melalui gestur, tekstur, serta pemilihan warna. Teori seni seperti the sublime dari Immanuel Kant dan teori antroposentrisme dari Sonny Keraf menjadi landasan konseptual dalam menggambarkan tarik-menarik antara kehancuran dan keindahan yang paradoksal. Dengan demikian, karya ini tidak hanya berfungsi sebagai visualisasi kehancuran lingkungan, tetapi juga sebagai medium kritik sosial atas relasi destruktif manusia terhadap alam, serta sebagai seruan akan pentingnya kesadaran ekologis dalam praktik kehidupan kontemporer.